Festival Ogoh - Ogoh: Bentuk Kekompakan Umat Hindu di Bali



Setiap Agama memiliki hari rayanya masing-masing, begitu pula dengan Agama Hindu. Pada ajaran Agama Hindu, hari raya terbesarnya adalah Hari Raya Nyepi yang dilangsungkan setiap tahun baru menurut kalender Saka. Dipercayai oleh umat Hindu, bahwasanya Nyepi merupakan hari penyucian. Yang mana, setiap umat Hindu memohon kepada Tuhan YME untuk menyucikan alam semesta beserta isinya.

Ada yang menarik saat umat Hindu memperingati Hari Raya Nyepi di Pulau Seribu Pura, Bali, yaitu festival ogoh-ogoh. Perlu diketahui terlebih dahulu, ogoh-ogoh merupakan sebuah seni patung dalam kebudayaan dan tradisi Bali. Bentuk dan ide cerita ogoh-ogoh umumnya berpegang pada cerita pewayangan. Namun, seiring perkembangan dunia seni, konsep dari ogoh-ogoh pun semakin bervarian pula. Tidak hanya menjadikan cerita pewayangan sebagai konsep, kini ogoh-ogoh yang diciptakan juga turut mengambil konsep lain, salah satunya adalah politik.

Penampilan festival ogoh-ogoh di Bali dilakukan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi yang biasa disebut Ngrupuk. Dihimpun dari berbagai sumber, bahwasanya aktivitas Ngrupuk ini bertujuan untuk mengusir Buta Kala dan energi negative di daerah setempat. Saat Buta Kala dan energi negative tersebut telah diusir, maka keesokan harinya umat Hindu di Seluruh Pulau Dewata akan tenang dan khitmad dalam menjalankan ibadah pada Hari Raya Nyepi.

Pada kehidupan bermasyarakat di Bali, dikenal adanya "Banjar". Banjar sendiri memiliki arti sebuah kesatuan masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Banjar diakui oleh hukum dan sangat dihormati dalam kehidupan bermasyarakat rakyat Bali. Banjar memiliki struktur organisasi yang kompleks, anggotanya pun terdiri dari pemuda serta orang tua.

Dalam proses penciptaan karya yang sudah turun-menurun ini, seluruh masyarakat sekitar atau Banjar sangat kompak dan saling berkolaborasi guna menyelesaikannya. Lebih indahnya lagi, setiap Banjar memiliki karya masing-masing. Bahkan, beberapa Banjar menciptakan karya ogoh-ogoh lebih dari satu. Tidak ada sifat bersaing, justru setiap Banjar menunjukkan sifat dewasanya yaitu kekompakan dan toleransi bermasyarakat, mereka saling berbagi dan saling memberi saran guna menciptakan sebuah karya yang indah dan sedap untuk dinikmati oleh setiap penghuni Pulau Bali.

Festival ogoh-ogoh merupakan salah satu dari sekian banyaknya budaya yang ada di Bali yang dapat menarik minat turis lokal maupun international. Bagaimana tidak, saat Ngrupuk sudah dimulai, terlihat ribuan ogoh-ogoh dengan bentuk yang berbeda di arak keliling oleh pemuda-pemudi Bali. Hal tersebut tentunya memanjakan mata setiap yang melihatnya. Inilah suatu bentuk kekompakan Umat Hindu di Bali yang patut dijadikan contoh oleh seluruh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Saling membantu, saling berbagi, dan saling memotivasi.

Penulis : Maulana Affandi
Previous Post Next Post