Namun, menikah bukanlah suatu hal yang mudah bagi kaum muda. Ada begitu banyak pertimbangan serta polemik yang bisa mengurungkan niat mereka untuk menikah. Padahal usia sudah cukup matang, hanya saja nyali belum menunjukkan taringnya.
Itulah fakta yang terjadi pada jaman yang semakin maju ini. Alasan umum orang enggan untuk menikah di usia yang tepat adalah faktor ekonomi. Mereka berdalih ingin meniti karir terlebih dahulu, baru menikah setelah karir yang diimpikan menjadi kenyataan.
Perlu diingat, segala sesuatu memiliki parameter dan tolak ukur sendiri, termasuk dalam hal pernikahan. Sebagai insan yang bijaksana, sudah sepatutnya setiap manusia mengetahui parameter dan targetnya untuk menikah.
Adapula yang ingin menikmati masa muda lebih lama lagi sehingga memilih untuk menunda pernikahan. Dengan begitu, muncullah sebuah pertanyaan, apakah dengan menikah, masa muda kita akan hilang? Atau harapan pada karir begitu saja hangus tertiup kabut kelam?
Tidak! Sebenarnya, hal mendasar yang perlu disadari oleh setiap manusia tentang pernikahan ialah “KESIAPAN”. Ya, kesiapan adalah jawaban yang paling kompleks untuk mewakili kegelisahan yang dirasa.
Karir baik tidak menjamin terwujudnya pernikahan yang baik pula. Begitu juga sebaliknya, usia matang belum tentu menjadikan pernikahan lebih nikmat. Justru jika terlalu matang, maka semakin cepat membusuk pula cita rasa itu.
Usia berapapun dan materi seberapapun tidak bisa menjadi patokan dalam menentukan waktu pernikahan. Namun, dengan kesiapan, maka semua akan terasa nikmat karena tidak ada beban yang menjadi momok kehidupan.
Kembali ke hakekatnya, bahwa rezeki manusia telah diatur oleh-Nya. Sangat tidak sopan jika kita merasa takut akan kekurangan. Sebab, merasa takut kekurangan adalah sebuah bentuk dari ketidaksyukuran kita terhadap ketentuan-Nya. Jadi, jangan menggunakan materi atau usia sebagai parameter, tapi menikahlah selagi kita “SIAP”.