Karya Sastra adalah penciptaan ide yang disampaikan secara komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika.
Karya-karya sastra sering memberi pesan dalam setiap kalimatnya.
Sastra sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman.
Sas berarti instruksi atau berupa ajaran dan Tra berarti alat atau sarana.
Jika disederhanakan, maka karya sastra bisa dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia yang dirangkai dengan kalimat-kalimat indah yang mengandung suatu maksud di dalamnya.
Baca juga: Jangan Malas, Inilah 7 Manfaat Membaca Karya Sastra
Sebuah karya sastra itu terbentuk karena ada dua unsur di dalamnya.
Pertama adalah unsur intrinsik atau yang lebih akrab disapa struktural.
Kedua, adalah unsur ektrinsik yang menyelimuti karya tersebut dari luar.
Nah, yang perlu kita pahami saat ini adalah bagaimana bisa seorang penulis menciptakan cerita yang tebalnya ratusan halaman dengan cerita yang apik dan berurutan?
Jawaban yang paling bijak adalah karena adanya dua unsur tersebut, yakni intrinsik dan ektrinsik.
Menjadi penulis bukanlah hal yang mudah. Ingat, menulis bukanlah hal yang mudah.
Tapi, dengan memiliki teori dalam kesusastraan, kesulitan tersebut akan berkurang hingga akhirnya cukup mudah untuk dilakukan.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Semiotik Sastra?
Dalam menulis sebuah karya sastra, seorang penulis harus membuat kerangka tulisannya terlebih dahulu.
Sebab dengan kerangka tersebut, maka cerita akan mudah dibangun dengan indahnya.
Ya, kerangka tulisan itulah yang dinamakan intrinsik.
Adapun beberapa sub yang berada dalam naungan unsur intrinsik antara lain: Judul, Tema, Tokoh, Alur, Latar, Sudut Pandang, Konflik, serta Titik Terang atau Klimaks.
Nah, dengan memahami kerangka tersebut maka penulis bisa membatasi ide dan imajinasinya agar tidak melebar ke sub bahasan yang lain.
Dengan demikian, maka karya yang ditulis akan lebih terfokus dan tidak terpecah bagiannya.
Percayalah, teori yang dianggap simple ini sangat berpengaruh pada penggarapan sebuah karya.
Baca juga: Mengenal Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Karya Sastra
Tanpa adanya teori, maka semuanya akan terasa susah sebab kita tidak tahu tahapan-tahapan yang harus dilalui dan ditata dalam menciptakan karya sastra itu sendiri.
Lalu, unsur kedua adalah Ekstrinsik atau unsur yang membangun karya dari luar.
Biasanya unsur ini berupa latar atau kondisi yang diceritakan dalam karya tersebut.
Misalnya kondisi sosial dan budaya, kondisi tahun penciptaan, kondisi psikologis, serta kondisi tempat yang sedang diceritakan.
Kalau karya sastra pada zaman dahulu, unsur ektrinsik yang diangkat berupa kepahlawanan, sesuai dengan kondisi di mana Negara sedang dalam ancaman penjajah.
Namun, di era modern ini, kita bisa mengangkat unsur ekstrinsik yang lebih fresh, misalnya mengenai kehidupan masyarakat yang lebih memilih dunia digital.
Yang terpenting, unsur ekstrinsik tetap tidak luput dari pengalaman pribadi dari seorang penulis.
Sebab, penulis merasakan sendiri bagaimana kondisi yang dialaminya saat itu.
Dengan mengalaminya sendiri, maka karya yang diciptakan akan sangat kuat dan mampu dipertanggungjawabkan.
Nah, begitulah penjelasan singkat mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik yang membangun karya sastra.
Semoga bermanfaat dan member semangat menulis untuk teman-teman semua.
Author : Maulana Affandi