Pengertian Sastra
Sastra, sebuah kata yang sangat tak asing bagi telinga kita. Seiring perjalanan sejarah dan peradaban manusia, sastra adalah salah satu di dalamnya.Sastra turut berperan dalam pola pikir peradaban masyarakat yang terus diturunkan ke generasi-generasi berikutnya.
Tapi apakah kita tahu, apa esensi dari sastra?
Banyak yang mengartikan sastra sebagai sebuah karya tulis yang indah dan mengandung makna dalam.
Definisi tersebut didapatkan karena pada umumnya karya sastra berupa tulisan-tulisan yang diwariskan.
Menurut bahasa Sansekerta, Sastra dapat diartikan sebagai teks yang mengandung instruksi atau pedoman.
Suku katanya adalah Sas yang berarti instruksi, lalu Tra yang mengandung arti alat atau sarana.
Lantas, pada bahasa Indonesia, kata tersebut bisa diterapkan sebagai suatu makna kesusastraan yang berarti tulisan indah beserta makna di dalamnya.
Nah, kembali lagi pada konteks tulisan. Diserap dari bahasa Sansekerta pun, sastra akan dianggap sebagai sebuah tulisan. Benarkah begitu?
Memang benar demikian, tapi sejatinya sastra adalah tulisan di dalam tulisan yang mengandung makna terselubung di dalamnya.
Perlu kita pahami betul bahwasanya segmentasi sastra memang menggunakan teks sebagai tubuhnya.
Tapi, dalam tubuh tersebut terdapat tulang, darah, daging, serta organ-organ yang didapat dari perjalanan hidup manusia.
Mulai dari tak ada menjadi ada (lahir), hingga kosong (kembali). Yang mendasari sastra lahir adalah buah budi, akal, serta pemikiran manusia yang mau berpikir tentang sudut pandang liar dalam kehidupannya.
Sastra seringkali digunakan dalam sebuah pengungkapan rasa yang paling qolbu mengenai sekelumit ganjalan di salah satu ruang pada hati.
Pahamilah, dalam hati serta pikiran manusia terdapat beberapa ruang yang berbeda. Kenali satu persatu dari ruangan tersebut agar kita tidak salah memasuki ruang yang sesungguhnya.
Begitu pula karya sastra dapat terbentuk dari huruf demi huruf yang dirajut rapi. Darimana darangnya huruf demi huruf tersebut?
Mungkin datangnya dari salah satu ruang di hati yang berteriak saat melihat keadaan sekitar.
Maka dari itu, kebanyakan karya sastra selalu menggunakan peristiwa atau tragedi pada kehidupan sebagai objeknya.
Sampai saat ini perkembangan sastra terus mengalami kemajuan. Ribuan bahkan jutaan karya sastra akan terus menemani peradaban manusia pada setiap generasinya.
Itu perlu dan tidak akan bisa lepas, ibaratnya langit dan bumi yang berjalan beriringan walau tak bisa bergandengan.
Mungkin sekian yang bisa saya jelaskan. Pahamilah esensi kehidupan, bukan hanya sekedar menjalankan.
Sebab, perjalanan akan terasa menyenangkan jika disambi dengan pengetahuan yang mendalam.
Auhor: Maulana Affandi