Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah salah satu ejaan dalam Bahasa Indonesia yang pada jaman dulu pernah digunakan sebagai dasar berbicara dan menulis (berbahasa).
Dalam sejarahnya, Ejaan Van Ophuijsen ini banyak digunakan oleh orang Belanda dalam menulis Bahasa Melayu sehingga banyak masyarakat Indonesia mengenal ejaan ini sedari jaman penjajahan dulu.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda.
{inAds}
Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910).
Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
Adapun segi penggunaan adalah sebagai berikut:
- huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.
- huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
- tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandakan bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.