Setiap penulis baru atau pemula pasti ingin sekali jika karya tulisnya bisa terbit dan terjual di seluruh toko buku Indonesia. Terlebih lagi jika karyanya laku keras dan diangkat menjadi film. Ya, itu adalah harapan dari setiap penulis baru dalam kiprahnya di dunia literasi.
Namun, untuk menuju ke sana bukanlah hal yang mudah. Jangankan diangkat menjadi layar lebar, naskah yang ditulis pun tidak menjamin lolos seleksi di meja redaksi penerbit.
Banyak sekali naskah-naskah dari penulis baru yang ditolak oleh penerbit mayor dengan berbagai alasan, salah satunya adalah karena naskah kurang berbobot. Penolakan inilah yang sering menjadi polemik tersendiri bagi penulis.
Semangat yang dipupuk sekian lama akhirnya menyurut ketika mendapat kabar penolakan. Alhasil, tidak ada hasrat menulis lagi.
Nah, bagi kamu yang mengalami hal serupa, jangan patah semangat atau putus asa dulu. Sebab, mimpi tidak berhenti di sini, masih banyak jalan menuju Roma.
Ada beberapa hal yang harus kamu lakukan ketika mendapat penolakan dari penerbit mayor, berikut diantaranya:
Menerbitkan buku secara indie bukan pilihan buruk. Sebab banyak juga penulis yang mengawali karirnya dengan secara mandiri. Nanti ketika pengalaman dan kepopuleran meningkat. Kamu bisa mencoba untuk menembus penerbit mayor.
Nah, itulah beberapa hal yang harus kamu lakukan ketika gagal menembus penerbit mayor. Jangan putus asa karena gagal. Sebab kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa membaca artikel lainnya hanya di Sastrawacana.id
Namun, untuk menuju ke sana bukanlah hal yang mudah. Jangankan diangkat menjadi layar lebar, naskah yang ditulis pun tidak menjamin lolos seleksi di meja redaksi penerbit.
Banyak sekali naskah-naskah dari penulis baru yang ditolak oleh penerbit mayor dengan berbagai alasan, salah satunya adalah karena naskah kurang berbobot. Penolakan inilah yang sering menjadi polemik tersendiri bagi penulis.
Semangat yang dipupuk sekian lama akhirnya menyurut ketika mendapat kabar penolakan. Alhasil, tidak ada hasrat menulis lagi.
Nah, bagi kamu yang mengalami hal serupa, jangan patah semangat atau putus asa dulu. Sebab, mimpi tidak berhenti di sini, masih banyak jalan menuju Roma.
Ada beberapa hal yang harus kamu lakukan ketika mendapat penolakan dari penerbit mayor, berikut diantaranya:
1. Bangkit dari Kekecewaan
Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah bangkit dari kekecewaan. Rasa kecewa ketika naskah ditolak itu adalah hal yang wajar. Tapi sebaiknya kamu tidak larut dalam kekecewaan itu karena hanya akan menghilangkan semangat dan cita-cita menjadi penulis.2. Revisi Naskah
Biasanya ada beberapa penerbit yang menyertakan alasan ketika menolak naskah. Ketika kamu mengetahui apa kekurangan dari naskahmu, maka segeralah melakukan revisi. Jangan ditunda. Semakin sering direvisi, maka naskahmu akan menjadi lebih baik.3. Mengirim ke Penerbit Lain
Setelah direvisi, kamu bisa mencoba untuk mengirim ke penerbit lain. Sebab salah satu alasan naskah ditolak adalah karena tidak cocok dengan penerbit. Maka dari itu, kamu harus perhatikan genre dari masing-masing penerbit agar naskahmu tidak salah sasaran.4. Memberi Kata Pengantar Email yang Baik
Penting untuk diketahui, editor di penerbitan buku tidak hanya melihat isi naskah saja, tapi juga attitude penulis. Hal tersebut bisa dilihat dari kata pengantar ketika mengirimkan naskah. Buatlah kata pengantar yang baik, sopan, dan jelas.5. Menerbitkan Secara Indie
Menerbitkan buku tidak harus melalui penerbit mayor. Kamu pun bisa menerbitkan secara indie. Namun ketika ingin menerbitkan naskah secara indie, kamu harus menyiapkan dana pribadi untuk prose editing, layout, desain cover, ISBN, dan cetak.Menerbitkan buku secara indie bukan pilihan buruk. Sebab banyak juga penulis yang mengawali karirnya dengan secara mandiri. Nanti ketika pengalaman dan kepopuleran meningkat. Kamu bisa mencoba untuk menembus penerbit mayor.
Nah, itulah beberapa hal yang harus kamu lakukan ketika gagal menembus penerbit mayor. Jangan putus asa karena gagal. Sebab kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa membaca artikel lainnya hanya di Sastrawacana.id