Diskalkulia
Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang akan diterima dan dipelajari oleh semua siswa di Sekolah.
Tujuannya agar setiap siswa mampu melakukan kegiatan berhitung yang sangat penting untuk diterapkan saat dewasa nanti.
Umumnya, matematika adalah konsep dari pertambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Namun, konsep itu akan melebar dan terkesan sangat rumit ketika tingkat pendidikan semakin tinggi.
Oleh karenanya banyak orang yang menghindari pelajaran matematika.
Sbab, belajar matematika memang cukup membuat kepala pusing ketika tidak memahami teorinya.
Namun terlepas dari itu, tahukah kamu kalau ternyata ada sebuah sindrom atau gangguan yang membuat seseorang menjadi sulit belajar matematika?
Yap, sindrom atau gangguan itu disebut diskalkulia.
Pengertian Diskalkulia
Apa itu diskalkulia? Diskalkulia adalah sebuah gangguan kemampuan berhitung pada anak yang mengarah pada bidang studi matematika.Lebih spesifik lagi dijelaskan bahwa diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan kalkulasi secara sistematis yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan kalkulasi.
Kesulitan belajar matematika yang sering disebut diskalkulia atau “dyscalculis” (Lerner, 1998) memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat.
Biasanya anak tidak memahami proses matematis, ditandai dengan adanya kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
Dalam istilah ilmiah, diskalkulia dikenal sebagai “math difficulty” , yaitu gangguan yang menyebabkan kemampuan kalkulasi secara matematis.
Kesulitan ini dapat dilihat secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan kalkulasi (calculating).
Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam pemahaman konsep atau serangkaian proses matematis.
Sehingga jika kamu mengalami kesulitan yang luar biasa pada matematika, bisa jadi kamu sedang mengalami diskalkulia.
Ciri Ciri Diskalkulia
Untuk lebih jelas, berikut adalah ciri-ciri penderita diskalkulia:- Kesulitan dalam proses matematis yang ditandai dengan susahnya mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
- Kesulitan menggunakan konsep waktu, misalnya sulit mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
- Kurang paham tentang nilai, seperti satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya.
- Sulit fokus pada pelajaran matematika, namun memiliki kemampuan berbahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis maupun mengingat kalimat tertulis sebelumnya).
- Sulit melakukan permainan atau olahraga yang berhubungan dengan sistem skor.
- Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberikan pertanyaan seputar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
- Sulit menghitung transaksi sehari-hari (berbelanja) termasuk menghitung uang kembalian. Sehingga membuatnya menjadi takut memegang uang, menghindari transaksi, maupun kegiatan yang harus melibatkan penggunaan uang.
- Sulit memahami not-not angka dalam pelajaran musik yang menyebabkan kesulitan dalam memainkan alat musik.
Cara Menangani Diskalkulia
Adapun cara menangani diskalkulia adalah sebagai berikut:- Melatih secara bertahap untuk memahami simbol angka dan simbol operasi perhitungan matematika.
- Melatih soal cerita pada konsep matematika dengan cara menghadirkan benda-benda yang disebutkan dalam soal secara visual.
- Melatih untuk mengerti dan menguasai konsep nilai pada uang. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihnya berbelanja sendiri dengan sejumlah barang yang nominal harganya kecil, sampai dengan tinggi.
- Melatih untuk melakukan ordering (mengurutkan) dan seriasi pada suatu obyek. Misalnya mengurutkan bilangan dari yang terkecil sampai terbesar.
- Melatih korespondensi. Korespondensi adalah keterampilan memahami jumlah satu set obyek pada suatu tempat adalah sama banyaknya dengan satu set obyek pada tempat lain tanpa menghiraukan karakteristik obyek tersebut. Misalnya, menghubungkan gambar 3 buah mangga dengan lambang bilangan 3.
- Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, diajak untuk menghitung jumlah kursi yang ada di meja makan, menghitung jumlah pensil yang ada di kotak pensil, dan lain sebagainya.
- Memberikan pujian ketika sudah menunjukkan kemajuan dalam memahami konsep matematika untuk meningkatkan semangat dan rasa percaya dirinya.
- Memperbanyak contoh-contoh konkret dalam memberikan pemahaman pada konsep yang abstrak, misalnya dengan menghadirkan alat peraga yang mempermudah anak untuk mulai mempelajarinya.
Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya hanya di Sastrawacana.id