Resensi Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis

Judul:
Salah Asuhan
Pengarang: Abdul Muis (1886-17 Juli 1959)
Penertbit: Balai Pustaka
Tahun Terbit: 1928, Cetakan XIX, 1990

Ringkasan Novel Salah Asuhan

Tokoh utama kisah ini adalah Hanapi, seorang anak yang dididik dengan cara barat, baik di sekolah maupun di rumah yang mana diharapkan kelak menjadi orang pandai.

Sayang pendidikannya memberikan bentuk yang salah dalam diri Hanapi yaitu menjadi kebarat-baratan dan menganggap adat timur itu jelek. Bahkan menjadikan Hanapi sering memandang rendah orang lain.

Tokoh kedua Corrie du Bussee yang merupakan anak blasteran Prancis dan Indonesia. Corrie dikisahkan sebagai kawan sepermainan Hanapi yang kelak berubah menjadi orang yang dicintai.

Pada awalnya cinta Hanapi bertepuk sebelah tangan karena pengaruh masyarakat dan peranan orang tua. Dilanjutkan dengan Hanapi yang dipaksa menikah dengan orang yang tidak dicintainya.

Alhasil kehidupan keluarga Hanapi bagaikan majikan dan pelayan rumah tangga yang menyebabkan banyak mendapat kecaman dari masyarakat.

Akibat sebuah keadaan, Hanapi harus pergi jauh dan disana ia bertemu lagi dengan Corrie. Dimulailah benih-benih cinta yang telah padam itu tumbuh.

Akhirnya mereka menikah meskipun memiliki hambatan besar yaitu perbedaan bangsa. Akibatnya banyak penolakan dari masyarakat, perbedaan pendapat, pertengkaran dan fitnah.

Belum selesai kesengsaraan mereka, datang lagi pihak ke-3 yang menyebabkan hilangnya rasa percaya dan berakhir dengan sebuah perceraian. Karena perasaan api cinta tersebut masih ada maka usaha Hanapi untuk menggapai kembali masih menggelora.

Tapi sayang ungkapan perasaan bahwa mereka saling mencintai tersebut tercapai ketika Corrie sekarat yang mana satu hari kemudian meninggal.

Hancur perasaan Hanapi menyebabkan ia kembali ke kampung halaman. Tapi apa daya istri terdahulunya tak mau tinggal serumah. Dengan perasan tak berguna, Hanapi meminum sublimat (racun) yang mana menyebabkan ia harus pergi dari dunia ini.

Tapi sebelum mengakhiri hayatnya, Hanapi berpesan kepada ibunya agar anaknya dididik dengan sebaik-baiknya dan jangan mengikuti jejak ayahnya yang salah tersebut.

Analisa dari kisah tersebut:
  • Manusia sering memandang bahwa pendidikan barat adalah yang terbaik, tapi pada kenyataan tidaklah selalu seperti itu. Begitu pula dengan sebaliknya. Jadi sebagai manusia haruslah dapat memilih yang baik dan sesuai dengan kepribadian diri dan bangsa. Bukan sebaliknya yang umumnya terjadi.

  • Dalam menentukan calon pasangan, mungkin sering diceritakan tantang kawin paksa melawan cinta sejati. Orang tua biasanya memilih calon yang terbaik untuk anaknya karena mempertimbangkan pandangan masyarakat dan masa depan anaknya. Sedangkan anak hanya mempertimbangkan perasaan dan egonya sendiri, Maka diperlukanlah sebuah komunikasi untuk hal yang terbaik dalam mengambil sebuah keputusan.

  • Pendidikan sangat penting terutama pendidikan di masa kecil. Satu hal yang menjadi perhatikan yaitu pendidikan yang kurang pada diri orang tua yang menyebabkan seringkali memberikan jawaban yang tak masuk akal dan cara mendidik anak yang kurang memadai dalam sosialisasinya.
Previous Post Next Post