Rampogan Macan, Tradisi Bertarung Melawan Macan di Tanah Jawa

rampogan macan

Rampogan Macan

Bicara tentang tradisi, Indonesia adalah rajanya. Bagaimana tidak, negeri kita tercinta ini adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 1.300 suku yang memiliki budaya dan tradisi masing-masing.

Di tanah Jawa sendiri, ada segudang tradisi yang menjadi bukti kekayaan Indonesia, salah satunya adalah Rampogan Macan.

Ya, rampogan macan adalah sebuah tradisi membunuh harimau yang dilakukan beramai-ramai menggunakan tombak. Harimau yang diadu merupakan harimau hasil tangkapan dari hutan.

Baca juga: Tenun Ulap Doyo, Warisan Budaya Dayak yang Memesona

Banyak versi mengenai awal mula lahirnya tradisi ini. Ada yang mengatakan jika tradisi Rampogan Macan sudah berlangsung sejak abad ke 17 di Mataram saat pemerintahan raja Amangkurat II

Versi lain mengatakan jika tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman Kerajaan Singasari.


photo: wikimedia

Menurut buku "Bakda Mawi Rampog" ciptaan R Kartawibawa, disebutkan jika tradisi ini memang sudah ada sejak jaman kerajaan.

Yang mana, macan tersebut dijuluki sebagai "sima" atau kucing besar. Kadang juga istilah ini merujuk pada macan loreng.

Dalam bukunya yang terbit pada tahun 1923 oleh Balai Pustaka (Bale-Poestaka) dan dipindai oleh peneliti dari Universitas Gadjah Mada, penulis menceritakan bahwa ketika dia kecil, hal ini memang menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan.

Baca juga: Lotus Feet, Tradisi Mematahkan Jari Kaki di Tiongkok

Lebih dari itu, macan memang menjadi hewan buas yang diburu sebab sering menyantap hewan ternak masyarakat sekitar.

Bahkan, penguasa pada saat itu sampai memberikan upah sebesar 10 hingga 50 Gulden kepada siapapun yang dapat menangkap atau membunuh si loreng.

Dijelaskan pula bahwa istilah "rampog" yang digunakan tidaklah sama dengan kata rampog dalam Bahasa Betawi yang bermakna perampas karena pertunjukkan ini berlangsung di wilayah Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayogyakarta, dan kawasan Jawa Timur.

Rampog di sini berarti beramai-ramai membunuh harimau dengan menggunakan tombak.

Pada acara inti, masing-masing orang akan menunjukkan keahlian serta keampuhan tombak mereka dalam membunuh harimau.

Biasanya, harimau dilepaskan di tengah alun-alun. Proses akan mudah ketika harimau sedang berang.

Namun, ketika harimau sedang dalam kondisi diam, orang-orang akan memancing amarahnya dengan berbagai cara, salah satunya dengan meledakkan mercon besar.


photo: detik

Saat harimau sudah murka, maka dia akan menerjang kerumunan orang yang jumlahnya ratusan.

Saat itulah, harimau diserang menggunakan tombak-tombak yang sudah mereka siapkan dengan ritual khusus. Setelah mati, harimau akan dibeli oleh para saudagar kala itu.

Baca juga: Kawin Tangkap, Tradisi Sumba yang Kontroversial

Tradisi ini menyebabkan populasi harimau loreng punah secara perlahan-lahan. Apalagi populasi harimau Jawa cukup langka.

Hingga pada akhirnya di tahun 1905, negara melarang dan tidak memperbolehkan tradisi ini lagi demi menjaga populasi harimau Jawa.

Semakin berkembangnya dunia pendidikan, The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dalam situs resminya menyebutkan jika harimau Jawa sudah dikatakan punah sejak dekade 1970-an yang faktornya tak lain karena perburuan, kerusakan hutan, dan kehilangan mangsa.

Previous Post Next Post