1. Kisah Hurmuzan dan Umar Bin Khattab
Dikisahkan, pasukan Islam pernah menaklukkan Persia dan membawa petingginya yang bernama Hurmuzan ke Madinah untuk bertemu Umar Bin Khattab sebelum diadili.
Sepanjang perjalanan, Hurmuzan yang mengenakan pakaian berbalut emas merasa penasaran dengan kerajaan khalifah Umar karena wilayah kekuasaannya cukup luas.
Dalam angannya, Umar adalah sosok raja yang mewah dengan perhiasan dan mahkota menempel pada tubuhnya.
Baca juga: Sa'ad Bin Abi Waqqas, Pembawa Islam ke Negeri Cina
Lantas, Hurmuzan juga membayangkan istana Umar sangat megah, mengingat kekuatannya yang berhasil menaklukan dua pertiga dunia.
Namun, tak dinyana, angan-angan Hurmuzan tidak sesuai dengan realita. Dia melihat sosok Umar yang sedang tidur beralaskan tikar dan disangga tongkatnya. Melihat fenomena ini, Hurmuzan terkejut seraya berkata:
"Ini -demi Allah- adalah raja yang baik. Anda telah berbuat adil, sehingga bisa tidur (dengan nyenyak). Demi Allah, sesungguhnya aku telah melayani empat Raja Kisra (Persia) yang memiliki mahkota, tidak ada satu pun di antara mereka yang aku rasakan kehebatan –Izzah nya- melebihi orang yang sedang tidur beralas tongkat ini.”
Hurmuzan tertegun, seorang khalifah besar yang diakui dunia karena menaklukkan Persia dan Byzantium, ternyata hanya seorang pria sederhana.
Hurmuzan semakin terkejut ketika mengetahui Umar yang kesehariannya tanpa penjagaan dari pengawal.
2. Kisah Umar Bin Khattab Bertemu Uskup Sophronius
Dikutip dari tulisan Mustafa Murrad dalam Kisah Hidup Umar ibn Khattab (2009), khalifah Umar Bin Khattab hendak mengambil kunci Yerusalem tanpa iring-iringan pasukan.
Sesampainya di sana, Umar langsung bertemu dengan Uskup Sophronius, pengampu Bizantium sekaligus kepala gereja Kristen.
Dikisahkan, Uskup Sophronius sempat terkejut melihat Umar Bin Khattab karena khalifah ini berbeda dari pemimpin-pemimpin pada umumnya.
Dari kejauhan, Uskup Sophronius melihat Umar berjalan kaki, sedangkan anak buahnya, Aslam, menaiki unta.
Bahkan, karena fenomena ini, mulanya orang-orang Yerusalem menganggap Aslam adalah khilafah, sedangkan Umar hanyalah pengawal.
Namun, setelah mengetahui kebenarannya, semua terkagum-kagum melihat kesederhanaan Umar.
Kesederhanaan Umar Bin Khattab membuat Uskup Sophronius semakin takjub, terlebih lagi saat ia melihat pakaian Umar yang lusuh, berbanding terbalik dengan pakaiannya yang cukup mewah.
Sama halnya dengan Uskup Sophronius, orang-orang Kristiani yang menyaksikan itu juga ikut terperangah. Di muka para umatnya, Sophronius yang penuh takzim berseloroh:
“Lihatlah, sungguh ini adalah kesahajaan dan kegetiran yang telah dikabarkan oleh Danial Sang Nabi ketika ia datang ke tempat ini.” (hlm. 95)
Ketika waktu salat tiba, Uskup Sophronius menawarkan Umar untuk menunaikan salat di Gereja Makam Kudus yang amat disakralkan oleh umat Kristiani kala itu. Namun, Umar dengan tegas menolak.
Kedatangan Umar ke Yerusalem adalah untuk menerima penyerahan kota suci itu yang semula adalah daerah sengketa antara Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) yang beribukota di Konstantinopel (Istanbul) dan Kekhalifahan Rasyidin yang berpusat di Madinah.
Baca juga: Kumpulan Peninggalan Sejarah Islam di Eropa
3. Kain Umar Bin Khattab Penuh Tambalan
Dikisahkan pada suatu hari Umar pernah datang terlambat ke Masjid untuk menunaikan salat jumat. Tak seperti biasanya, sehingga merasa bersalah.
Karena merasa tak enak, Umar tidak gengsi untuk meminta maaf kepada seluruh jamaah dengan menyebutkan alasan bahwa ia harus mencuci pakaian terlebih dahulu sebab tak ada pakaian lain yang bisa ia pakai.
Dari apa yang ia kenakan pun jamaah saalat jumat tertuju pada kain dengan dua belas tambalan.
4. Umar Menolak Gaji Tinggi
Semasa menjadi khalifah atau pemimpin umat pada saat itu, Umar Bin Khattab tidak pernah menerima gaji penuh.
Dikisahkan jika Umar hanya mengambil sedikit tunjangan untuk dapat makan dan menafkahi keluarga.
Bahkan, Umar pernah marah besar ketika ada sebuah usulan untuk menaikkan gajinya.