Pengertian Majas Alegori Beserta Contohnya

majas alegori

Pengertian Majas Alegori

Majas alegori adalah salah satu jenis majas perbandingan untuk menjelaskan suatu hal secara tidak langsung, melalui sebuah kiasan atau penggambaran yang berkaitan.

Umumnya, majas alegori sering ditemukan pada karya sastra berupa novel, meski juga kadang ditemukan dalam karya ilmiah.

Jika merujuk dari bahasa, majas alegori berasal dari bahasa Yunani "Allegorein" yang artinya adalah bicara sebaliknya.

Sedangkan menurut KBBI, alegori adalah cerita yang dipakai sebagai lambang (ibarat atau kias) peri kehidupan manusia yang sebenarnya untuk mendidik (terutama moral) atau menerangkan sesuatu (gagasan, cita-cita, atau nilai kehidupan, seperti kebijakan, kesetiaan, dan kejujuran).

Adapun ciri-ciri majas alegori yaitu terbentuk dengan kalimat yang cukup panjang dan identik menggunakan kata-kata kiasan ataupun retorika untuk menggambarkan sebuah perbandingan tidak langsung.

Baca juga: Majas Personifikasi: Pengertian, Manfaat, Contoh, dan Cara Menggunakannya

Contoh Majas Alegori

1. Cinta itu seperti menggenggam pasir. Bila tidak digenggam akan menghilang, tetapi jika digenggam terlalu erat maka akan terdesak keluar melalui celah jari dan akhirnya juga menghilang.

2. Otak kita seperti pisau jika kita selalu rajin untuk mengasahnya maka dia akan menjadi sangat tajam, namun jika kita sangat jarang untuk mengasahnya maka lama kelamaan pisau tersebut akan tumpul bahkan bisa berkarat.

3. Kitab suci adalah rambu lalu lintas manusia. Selama kita patuh akan rambu itu maka kita akan selamat sampai tujuan.

4. Wajah yang tampan dan cantik ibaratkan bunga, indah mekar membuat semua yang melihatnya suka , saat layu semua akan pergi.

5. Kedua orang tua kita digambarkan seperti seorang pelukis yang berperan untuk mewarnai kertas putih yang tidak lain yaitu anaknya sendiri. Bagaimana caranya seorang anak akan menjadi orang yang berhasilitu tinggal tergantung dari orang tuanya.

6. Kegagalan seperti sebuah batu besar untuk kita lewati yang dengan batu tersebut kita akan mampu melompat lebih tinggi dari saat sebelum kita menemui batu tersebut.

7. Mereka berdua akan mendayung bahtera rumah tangganya sendiri. Suami harus dapat menjadi nahkoda yang pandai mempertahankan kapal, sedangkan istri harus bisa menjadi juru mudi. Perjalanan tentu tidak akan mudah, di tengah laut tentu akan berhadapan dengan ombak dan badai.

8. Hidup itu bagaikan sungai yang mengalir, pasti akan ada rintangan seperti gelombang, bebatuan, arus yang kencang, kedalaman yang sulit ditebak, dan hingga pada akhirnya berhenti saat bertemu dengan laut.

9. Perjalanan hidup ini seperti sungai yang mengalir menyusuri sebuah tebing dan bebatuan, tetapi sangat sulit untuk menebak kedalamannya. Namun rela menerima segala kotoran dan sampah, yang pada akhirnya berhenti ketika sudah bertemu dengan sebuah lautan.

Previous Post Next Post