Tenun Ulap Doyo, Warisan Budaya Dayak yang Memesona

tenun ulap doyo
Source: genpi.co

Bicara tentang tradisi dan budaya, Indonesia adalah rajanya. Bagaimana tidak, negeri kita tercinta ini memiliki lebih dari 1.300 suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Namun, kendati Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, tapi tidak semua berhasil dilestarikan hingga akhirnya hilang ditelan peradaban.

Maka dari itu, tugas kita sebagai generasi muda adalah menjaga serta melestarikan budaya-budaya yang ada di Indonesia.

Baca juga: 6 Proses Pembuatan Kain dari Tahap Awal Sampai Akhir

Dari sekian banyak budaya yang jarang terekspos, ada satu yang berasal dari pedalaman Kalimantan, tepatnya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat.

Di sini, ada sebuah produk tekstil tradisional yang sering disebut Tenun Ulap Doyo, yaitu jenis tenun ikat berbahan serat daun doyo (Curliglia latifolia).

Selain sebagai warisan budaya, Ulap Doyo juga sekaligus menjadi identitas bagi suku Dayak Benuaq yang menghuni wilayah setempat.

Proses Pembuatan Tenun Ulap Doyo

Menurut informasi yang dihimpun, material yang digunakan untuk membuat Ulap Doyo adalah daun doyo, tanaman sejenis pandan yang tumbuh liar di hutan wilayah Kutai Barat.

Agar dapat digunakan sebagai bahan baku tenun, daun-daun tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu.

Baca juga: Macam Macam Batik dan Cara Membuatnya

Setelah kering, kemudian daun-daun itu disayat mengikuti arah serat hingga menjadi seratan yang halus.

Kemudian serat-serat halus itu dilinting hingga membentuk benang kasar. Nah, dari benang kasar itulah nantinya Ulap Doyo akan dibuat.

Namun, sebelum diproses menjadi kain tenun, benang kasar itu diwarnai terlebih dahulu menggunakan pewarna alami dari tumbuhan.

Sebenarnya ada banyak warna yang bisa digunakan, sesuai dengan selera.

Tapi umumnya menggunakan warna merah dan cokelat yang berasal dari buah gelinggam, buah londo, kayu oter, dan kayu uwar.

Sejarah Kain Tenun Ulap Doyo

Meskipun tidak diketahui secara pasti awal mula lahirnya budaya ini, tapi banyak yang mengatakan jika Ulap Doyo sudah ada sejak berabad-abad silam, hampir sama usianya dengan Kerajaan Hindu Kutai.

Baca juga: 7 Pasar Seni Terbaik di Indonesia

Pendapat ini diperkuat dengan adanya temuan antropologi yang mendapatkan korelasi antara motif pada Ulap Doyo dengan strata sosial dari kelompok masyarakat saat itu.

Ada beberapa motif dari Ulap Doyo ini yang menyimpan unsur sejarah. Misalnya motif waniq ngelukng yang digunakan oleh masyarakat biasa.

Sedangkan motif jaunt nguku digunakan oleh para raja atau kalangan bangsawan.

Dari motif-motif inilah terjadi korelasi dalam disiplin antropologi guna mengidentifikasi usia Ulap Doyo.

Namun, seiring perkembangan zaman, Ulap Doyo kini memiliki berbagai motif unik, seperti motif Limar, Naga, Timang, Kinas, Timang Sesat Sungkar, Tukar Koray, Tipak Mening Knowala, Tipak Nuat, Motif Upak Tolang, Motif Tengkulutn Tongau, dan Motif Brabakng.

Previous Post Next Post