Pengertian Parafrasa, Ciri-Ciri dan Contohnya


parafrasa

Pengertian Parafrasa

Parafrase atau parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa ke dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian.

Pengungkapan kembali tersebut bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

{inAds}

Baca juga: Pengertian Frasa dan Klausa Beserta Contohnya

Pengertian Parafrasa Menurut Para Ahli

Adapun pengertian parafrase menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Menurut L. Behrens (dalam A Sequence for Academic Writing. Longman, 2009)

Paraphrase adalah bagian yang menyajikan poin penting, penjelasan, atau argumen tetapi itu tidak mengandung kata-kata yang mudah diingat atau langsung.

2. Menurut L. Behrens (dalam A Sequence for Academic Writing. Longman, 2009)

Parafrase adalah sebuah ringkasan, yang ditulis dengan kata-kata Anda sendiri, secara singkat menyatakan kembali poin utama penulis.

3. Menurut Kridalaksana

Menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik III bahwa yang dimaksud dengan pengertian parafrasa adalah pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, tanpa mengubah maknanya, dengan memberi kemungkinan penekanan yang agak berlainan.

Baca juga: Frasa Endosentris: Pengertian Menurut Ahli dan Contohnya

4. Menurut Sudaryanto

Menurut Sudaryanto bahwa Parafrasa adalah bentuk lain (serta makna yang lain) dengan informasi yang sama.

5. Menurut Crystal (1985)

Menurut Crystal bahwa parafrasa merupakan istilah dalam linguistik untuk hasil atau proses produksi versi alternatif dari kalimat atau teks tanpa mengubah makna.

{inAds}

Baca juga: Pengertian Frasa dan Klausa Beserta Contohnya

Ciri-Ciri Parafrasa

  • Bentuk tuturan kata berbeda.
  • Bahasa penyampaian berbeda
  • Cara penyampaian berbeda
  • Arti dan Makna tuturan tetap sama.
  • Substansi tidak berubah.

Cara Membuat Parafrasa

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuat parafrasa dari sebuah bacaan.

Untuk membuat parafrasa lisan, langkah-langkahnya adalah membaca informasi secara cermat, mencatat kalimat inti, mengmbangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran, menyampaikan pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan kalimat sendiri.

Gunakanlah sinonim, ungkapan yang sepadan, mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, mengubah kalimat aktif menjadi kalimat tidak aktif, serta menggunakan kata ganti orang ketiga untuk narasi jika kesulitan menguraikan.

Baca juga: 11 Pengertian Frasa Menurut Para Ahli dan Cirinya

Cara Memparafrasekan Puisi Menjadi Prosa

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memfaraprasekan puisi menjadi prosa, ialah sebagai berikut :

  • Membaca atau mendengarkan pembacaan puisi dengan seksama
  • Pahami isi kandungan puisi secara utuh
  • Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi
  • Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri
  • Sampaikan secara lisan atau dibacakan
{inAds}

Contoh Parafrasa

Aku


Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Lukadan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang perih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

(Chairil Anwar, DCD 1959:7)


Parafrasanya :

Kalau si aku meninggal, ia menginginkan jangan ada seorangpun yang bersedih, bahkan juga kekasih atau istrinya.

Tidak perlu juga ada sedu sedan yang meratapi kematian si aku sebab tidak ada gunanya. Si aku ini adalah binatang jalang yang lepas bebas, yang terbuang dari kelompoknya.

Iamerdeka tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat, bahkan meskipun ia ditembak, peluru menembus kulitnya.

Si aku tetap berang dan memberontak terhadap aturan-aturan yang mengikat tersebut.

Segala rasa sakit dan penderitaan akan ditanggung, ditahan, diatasi hingga rasa sakit dan penderitaan itu pada akhirnya akan hilang sendiri.

Si aku akan makin tidak peduli pada segala aturan dan ikatan, halangan, serta penderitaan. Si aku mau hidup seribu tahun lagi.

Maksudnya, si aku menginginkan semangatnya, pikirannya, karya-karyanya akan hidup selama-lamanya. (Rachmat Djoko Pradopo)

Previous Post Next Post