Sinopsis Novel Azab dan Sengsara
Novel Azab dan Sengsara dapat dikategorikan sebagai novel klasik terbitan Balai Pustaka yang mana pada saat itu sastra Indonesia masih didominasi penggunaan bahasa melayu yang kental.
Tema yang diangkat novel ini adalah kehidupan percintaan seorang gadis yang pernikahannya tidak membawa kebahagiaan, tetapi justru kesengsaraan.
Tokoh utama dalam kisah cinta yang runyam ini bernama Aminu’ddin dan Mariamin.
Keduanya adalah kerabat, tapi sayang nasib mereka berbeda.
Aminu’ddin adalah anak kepala kampung, bangsawan yang kaya raya dan disegani banyak orang.
Sementara itu, Mariamin lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga miskin. Sangat berbanding terbalik.
Mereka berdua sudah saling kenal dan bermain bersama sejak kecil.
Seiring berjalannya waktu, memasuki usia dewasa, Aminu’ddin dan Mariamin mulai saling jatuh cinta.
Aminu’ddin berjanji akan menikahi Mariamin. Niatitu diutarakan kepada ibu dan ayahnya, Baginda Diatas.
Sang ibu setuju dengan pilihan Aminu'ddin karena menganggap Mariamin masih keluarganya dengan harapan bisa membantu kondisi ekonomi Mariamin.
Namun, berbeda dengan sang ayah.
Baginda Diatas diam-diam tidak setuju rencana Aminu’ddin karena beranggapan jika pernikahan tersebut bisa menurunkan derajat bangsawannya.
Demi cinta, akhirnya Aminu’ddin berangkat ke Medan untuk mencari kerja agar punya penghasilan dan menikahi Mariamin.
Semenjak pergi ke Medan, Aminu'ddin selalu mengirim kabar ke Mariamin dan keluarga.
Sampai waktunya tiba, ia menyampaikan berita ke kampung jika ia sudah siap untuk berumahtangga dengan wanita miskin tersebut.
Namun sayangnya, Baginda Diatas, tetap tidak setuju.
Baginda Diatas justru menyusun rencana agar isterinya berubah pikiran dan tidak menyetujui keinginan Aminu’ddin.
Hal pertama yang dilakukan Baginda Diatas adalah membawa isterinya ke dukun bayaran dan pura-pura meramal jodoh terbaik untuk anaknya.
Sang dukun bayaran tersebut mengatakan jika Mariamin bukanlah jodoh Aminu’ddin, tapi ada seorang gadis bangsawan di desa mereka.
Sontak, ibu Aminu’ddin pun percaya dan memutuskan berangkat ke Medan dengan membawa gadis bangsawan yang hendak dinikahkan dengan Aminu’ddin, sesuai ramalan dari dukun tersebut.
Setibanya di Medan, Aminu’ddin terkejut melihat orang tuanya membawa seorang gadis dengan tujuan menjodohkannya dengan gadis tersebut.
Meski hati terpukul, tapi ia tak bisa menolak karena saat itu ia terikat oleh adat budaya yang harus selalu patuh pada keputusan orang tua, terutama urusan perjodohan.
Dengan berat hati, akhirnya Aminu’ddin mengirim surat kepada Mariamin seraya memohon maaf karena ia terpaksa akan menikahi gadis lain, meskipun cinta hanya untuk Mariamin.
Mendengar kabar terebut, Mariamin sangat hancur. Bahkan sampai sakit.
Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah setahun berselang, ada seorang laki-laki bernama Karibun meminang Mariamin.
Berharap hadirnya laki-laki ini bisa mengobati luka Mariamin, sang ibu akhirnya menerima pinangan tersebut.
Akan tetapi apa yang diharapkan ibu Mariamin tidak terwujud.
Pernikahan tersebut justru malah menambah penderitaan baru bagi Mariamin.
Terungkap, ternyata Karibun menceraikan isteri sahnya hanya demi menikahi Mariamin.
Selanjutnya, Karibun membawa Mariamin ke Medan.
Mereka mengalami hubungan suami siteri yang buram karena Mariamin sama sekali tidak mau melakukan hubungan intim dengan Karibun.
Alasannya, karena terungkap jika Kasibun mengidap penyakit kelamin yang bisa menular jika melakukan hubungan intim.
Mendapat penolakan tersebut, Karibun kalap dan akhirnya sering melakukan kekerasan, menyiksa Mariamin.
Sudah menderita, ditambah lagi rasa duka ketika Aminu’ddin bertamu ke rumahnya suatu waktu.
Melihat reaksi Mariamin yang tak biasa, Karibun pun terbakar cemburu dan akhirnya ia semakin sering menyiksa isterinya.
Hingga puncaknya, Mariamin sudah tak tahan lagi dan akhirnya melaporkan Karibun ke polisi.
Setelah diperiksa, Karibun ditetapkan bersalah dan diwajibkan membayar denda serta menceraikan Mariamin.