Pengertian Metode Suggestopedia dan Penerapannya

metode suggestopedia

Metode suggestopedia (Pexels.com/Lisa Fotios)

Metode Suggestopedia

Suggestopedia adalah suatu metode yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan pendidikan dari Bulgaria bemama Georgi Lozanov (1979).

Seperti diuraikan oleh Lozanov sendiri, dalarn artikelnya yang berjudul Suggestology and Suggestopedy yang dimuat (Blair,1982: 146‑159), dan yang diambil intinya dalam buku ini, suggestopedia berdasarkan tiga asumsi, yakni bahwa:

1. Belajar itu melibatkan fungsi‑fungsi sadar dan di bawah sadar manusia,
2. Siswa mampu belajar lebih cepat daripada dengan metode‑metode lainnya,
3. Proses belajar‑mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor, yakni;

  • 1) norma‑norma umum dan kendala‑kendala yang lazim berlaku dalam masyarakat,
  • 2) suasana yang kurang serasi dan santai tidak ada atau kurang dalam pengajaran bahasa,
  • dan .3) kekuatan‑kekuatan atau potensi‑potensi dalam diri siswa yang tidak/kurang dimanfaatkan guru.
{inAds}

Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi.

Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan.

Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala psikologi pembelajar dapat diatasi (Brown,2001:28).

Teknik-teknik dalam Suggestopedia:

a) Classroom Set-up
b) Role-Play
c) Peripheral Learning
d) First Concert
e) Positive Suggestion
f) Second Concert
g) Visualization
h) Primary Activation
i) Choose a New Identity
j) Secondary Activation

{inAds}

Cara mengajar menggunakan metode suggestopedia
  • 1) Dalam mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga berbeda dengan kelas biasa (menggunakan cahaya yang remang-remang). Siswa duduk di tempat duduk yang dibentuk dalam setengah lingkaran. Beberapa poster yang berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok atau papan tulis.
  • 2) Guru menyapa dengan menggunakan mother tongue (bahasa ibu atau bahasa pamulaan atau bahasa pertama, misalnya di Kalimantan Selatan menggunakan Bahasa Banjar)
  • 3) Kemudian meyakinkan siswa kalau nereka tidak perlu berusaha untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami.
  • 4) Guru memutar musik klasik kemudian mengarahkan siswa untuk rileks dengan cara menarik nafas panjang.
  • 5) Selanjutnya guru mengajak siswa berimajinasi tentang materi yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka bermain peran.
  • 6) Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik.
  • 7) Guru tidak memberi pekerjaan rumah.
Daftar Pustaka:

Brown, H. Douglas. 2001.Teaching by Principles an Interactive Approach to Language Pedagogy. Second Edition.A Pearson Education Company.
Previous Post Next Post