Ibu Hamil Lebih Sensitif (Pexels.com/Leah Kelley) |
Kenapa Ibu Hamil Lebih Sensitif?
Ketika wanita mengalami premenstrual syndrome atau biasa yang lebih dikenal dengan PMS, umumnya sering badmood dan lebih sensitif terhadap situasi di sekitarnya.
Hal ini disebabkan oleh kadar estrogen dalam tubuh wanita yang fluktuatif.
Hormon estrogen akan meningkat bahkan mencapai kadar paling tinggi lepasnya sel telur.
Baca juga: 13 Arti Mimpi Hamil Menurut Agama dan Primbon
Namun, jika sel telur tidak dibuahi, produksi hormon estrogen akan mengalami penurunan yang drastis dimana hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi wanita.
Dikutip dari kanal Youtube Cerita Parapuan, berdasarkan penuturan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi yaitu dr. Cynthia Agnes Susanto BMedSc, Sp. OG bahwa nyeri perut bagian bawah (menstrual cramps) juga dapat mempengaruhi suasana hati atau membuat perempuan menjadi lebih sensitif.
Hal ini karena rahim yang berkontraksi saat mengeluarkan darah mens.
Kadar serotonin yang rendah saat menstruasi juga menjadi penyebab suasana hati menjadi buruk.
Serotonin sendiri adalah hormon yang mendorong wanita untuk merasa bahagia.
Ketika jumlah Serotonin sedikit di dalam tubuh menyebabkan wanita merasa sedih walaupun tidak ada pemicunya.
Sama seperti wanita yang mengalami PMS dan fase menstruasi, ibu hamil juga mengalami perubahan kinerja hormon dalam tubuhnya.
Namun, karena proses kehamilan berlangsung selama sembilan bulan bahkan lebih, yang menyebabkan ibu hamil lebih sensitif dan complicated dari segi emosi.
Hal ini paling banyak terjadi pada trimester pertama karena produksi hormon yang sedang tinggi-tingginya.
Ketika PMS kadar hormon estrogen bisa menjadi rendah lalu naik kembali dan normal, tidak dengan ibu hamil.
Justru ketika hamil, kadar hormon estrogen meningkat diiringi peningkatan juga dari hormon progesteron.
Baca juga: 4 Cara Memanjakan Istri yang Sedang Hamil
Keduanya begitu berpengaruh dalam menghasilkan suasana hati yang berubah-ubah.
Perubahan tubuh yang cepat juga menjadi bagian dari perubahan kondisi emosi yang dirasakan ibu hamil.
Hal ini menyebabkan kegelisahan dan rasa cemas meningkat.
Rasa tersebut berpotensi menjadi lebih parah saat mendekati fase melahirkan.
Kecemasan tersebut karena kekhawatiran ibu terkait kondisi bayi, rasa sakit saat persalinan, berbagai resiko saat melahirkan, dan kondisi finansial.
Ternyata berbagai macam perubahan hormon dan suasana hati baik yang dirasakan wanita saat PMS maupun ibu hamil adalah hal yang normal.
Menjadi tidak normal jika kondisi berlebihan sehingga berdampak pada kehamilan.
Menurut penelitian Effects of prenatal maternal mental distress on birth outcomes menyimpulkan bahwa kecemasan yang berlebihan, bahkan sampai depresi selama masa kehamilan, dapat menyebabkan resiko kelahiran bayi prematur dan berat badan bayi yang rendah.
Ibu yang mengalami depresi saat hamil menjadikan dirinya kurang memerhatikan kesehatan diri sendiri yang mana hal ini berbahaya bagi janinnya.
Salah satu contoh, yaitu saat ibu hamil tidak makan secara teratur, maka janin mendapatkan nutrisi yang rendah.
Akan berdampak pada perkembangan janin itu sendiri, baik selama dalam kandungan maupun ketika sudah dilahirkan.
Depresi selama masa kehamilan juga berisiko tinggi untuk mengalami depresi setelah melahirkan atau yang dikenal dengan sebutan baby blues.
Oleh karena itu selama masa kehamilan sampai merawat bayi, ibu lebih baik mendapatkan dukungan penuh baik secara fisik maupun psikologis.
Dukungan bisa datang dari orang terdekat, terutama suami dan keluarga lainnya.