Dalam Konferensi Pendidik CS50x, Mendikbudristek Bahas Kurikulum Merdeka dan Literasi Digital

Konferensi Pendidik CS50x

Konferensi Pendidik CS50x (kemdikbud.go.id)

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menghadiri puncak Konferensi Pendidik CS50x dari Universitas Harvard di Jakarta Intercultural School, Jakarta, Kamis (9-3-2023).

Konferensi Pendidik CS50 bertujuan memberdayakan guru lokal dengan perangkat dan keahlian yang diperlukan untuk mengintegrasikan materi pelajaran CS50x ke dalam kelas atau Kurikulum Merdeka.

Baca juga: 200 Perusahaan Tanda Tangani Kerja Sama Program MSIB 4, Bersinergi Bangun Pendidikan

Dalam acara ini, Mendikbudristek memandu diskusi bersama pembicara utama, David J. Malan, Gordon McKay Professor dalam the Practice of Computer Science. Mendikbudristek juga berbagi mengenai Kurikulum Merdeka dan teknologi pendidikan.

Ia mengatakan, saat ini Kemendikbudristek tengah menggulirkan Kurikulum Merdeka dan salah satu metode pembelajarannya adalah pembelajaran berbasis projek (project based learning).

“Guru dan kepala sekolah dapat memutuskan untuk memilih salah satu dari berbagai tema dalam pembelajaran berbasis projek ini, antara lain teknologi digital dalam pendidikan, perubahan iklim, atau kerukunan antarbudaya dan agama,” katanya.

Menteri Nadiem menuturkan, materi CS50x yang diberikan oleh Profesor Malan kepada guru-guru Indonesia bisa sangat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya dalam pembelajaran berbasis projek.

Baca juga: Kemendikbudristek Dorong Sekda Kota Medan Prioritaskan Guru Penggerak Menjadi Kepala Sekolah

“Kurikulum Merdeka benar-benar memberikan kewenangan kembali kepada guru dan memungkinkan guru untuk mengajar lebih fleksibel dalam merencanakan pembelajaran selama satu tahun,” ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, Mendikbudristek juga membahas mengenai teknologi digital dan literasi digital.

Menurutnya, materi CS50x  yang diajarkan David J Malan ke guru-guru Indonesia bisa berdampak besar, di mana Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi konsumen teknologi digital, melainkan bisa menjadi produsen juga.

“Saya suka ketika orang-orang berbicara tentang literasi digital, misalnya mendidik anak-anak untuk paham tentang hoaks di media sosial. Itu juga hal yang penting. Tapi literasi digital yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk menggunakan digital tools agar bisa menciptakan produk teknologi digital yang dibutuhkan masyarakat,” katanya.

Baca juga: Pendaftaran Program Praktisi Mengajar Masih Dibuka, Dosen Bisa Ajak Praktisi Ahli Terlibat Perkuliahan

Karena itu ia mengapresiasi inisiatif Jakarta Intercultural School (JIS) yang telah mengadakan pelatihan dan konferensi pendidik untuk guru-guru Indonesia mendapatkan materi CS50x dari Universitas Harvard.

“Melalui program pelatihan intensif selama enam bulan dari Guru Penggerak, Platform Merdeka Mengajar yang baru dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan guru untuk belajar dan berbagi praktik yang baik antara satu sama lain, maupun program-program beasiswa sarjana dan non-sarjana, kami fokus pada peningkatan keterampilan dan kompetensi guru, termasuk pada STEM. Kami berterima kasih kepada CS50 karena telah mendukung komitmen kami dalam memberdayakan guru Indonesia untuk sistem pendidikan yang lebih baik dan lebih kuat,” tuturnya.

Pelatihan CS50x dari Universitas Harvard merupakan bagian dari inisiatif kolaboratif dari Jakarta Intercultural School untuk meningkatkan keterampilan digital para pendidik di seluruh Indonesia melalui kursus ilmu komputer dan pemrograman CS50x dari Universitas Harvard.

Menurut JIS Head of School, Maya Nelson, tujuan inisiatif ini adalah untuk memberdayakan guru lokal dengan perangkat dan keahlian yang diperlukan untuk mengintegrasikan materi pelajaran CS50x ke dalam kelas atau Kurikulum Merdeka.

Baca juga: Kemendikbudristek Lantik Pejabat Perguruan Tinggi Negeri dan Mengimbau Untuk Memiliki Jiwa Kepemimpinan

“Sebagai sekolah yang mengakui peran penting STEM (Sains, Teknologi, Teknik, Matematika) dalam pendidikan, JIS merasa terhormat untuk mendukung program yang sangat penting ini,” kata Maya. Ia berharap ini akan menjadi awal dari lebih banyak kemitraan yang didedikasikan untuk mempromosikan pendidikan ilmu komputer di Indonesia dan meningkatkan kompetensi digital siswa dan guru.

Kursus tingkat pemula CS50, yang diajarkan di Universitas Harvard dan dipimpin oleh David J. Malan, Gordon McKay Professor dalam the Practice of Computer Science, memberikan pengantar untuk ilmu komputer dan seni pemrograman.

CS50x Indonesia diadaptasi dari CS50 dan mengajarkan peserta cara berpikir secara algoritma dan menyelesaikan masalah — dengan dan tanpa kode — karena mencakup abstraksi, struktur data, rekayasa perangkat lunak keamanan, pengembangan web, dan banyak lagi.

Bahasa pemrograman yang digunakan selama kursus meliputi C, Python, SQL, JavaScript, CSS, dan HTML.

Konferensi Pendidik merupakan tahap akhir dari kursus enam bulan dan dihadiri oleh peserta yang mewakili guru SMP dan SMA negeri serta swasta di seluruh nusantara.

Hari pertama dimulai dengan pidato pembukaan oleh Maya Nelson dan Patrick Walujo, Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), serta menyaksikan secara eksklusif diskusi antara Profesor Malan dan Mendikbudristek Nadiem Makarim.

Sumber: kemdikbud.go.id

Previous Post Next Post