Mengenal 7 Warisan Budaya dari Kerajaan-Kerajaan Islam yang Pernah Berjaya di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya, mulai dari zaman kerajaan. Sebagian warisan budaya tersebut datang dari kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berjaya pada masanya.

Hal tersebut membuktikan jika kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia memberi pengaruh yang begitu kuat pada masyarakat sehingga banyak warisan budaya yang ditinggalkan hingga saat ini.

Warisan Budaya Kerajaan Islam Indonesia

Apa saja warisan budaya dari kerjaan-kerajaan Islam tersebut? Berikut diantaranya.

1. Senjata Rencong

Rencong adalah sebuah senjata pusaka khas Aceh yang sudah ada sejak abad ke-16 silam. Rencong tak hanya digunakan sebagai senjata saja, tapi juga simbol keberanian serta kepahlawanan.

Pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, hampir semua masyarakat Aceh membawa rencong dengan dikalungkan di pinggan.

Rencong juga memiliki tingkatan yang mencerminkan strata masyarakat yang dilihat dari bahan dasar pembuat sarung dan belati.

Jika terbuat dari gading dan emas, maka itu untuk raja/sultan dan ratu/sultanah. Sementara jika terbuat dari tanduk kerbau, kayu, kuningan, dan besi putih adalah simbol untuk masyarakat biasa.

Menurut sejarah, ada setidaknya 5 jenis rencong yang dikenal oleh masyarakat Aceh, yaitu Rencong Meucugek, Rencong Pudoi, Rencong Hulu Puntong, Rencong Meukure, dan Rencong Meupucok.

2. Tenun Songket Siak

Kain tenun Siak adalah warisan budaya yang pertama kali dikenalkan oleh seorang pengrajin wanita bernama Wan Siti Binti Wan Karim pada masa Kerajaan Siak. Pengrajin tersebut berasal dari Kerajaan Terengganu di Malaysia.

Pada masa kejayaan Kerajaan Siak, Tenun Songket Siak hanya digunakan oleh kalangan bangsawan, seperti sultan, kerabat, dan para pembesar Istana Siak.

Salah satu ciri khas dari tenun Songket Siak adalah tenunan yang halus dan motif songket yang rumit. Hal tersebut melambangkan derajat dan kedudukan tinggi bagi yang mengenakannya.

3. Kuliner Nasi Ndoreng

Nasi ndoreng atau Sega ndoreng adalah salah satu kuliner khas dari Kerajaan Demak Bintoro yang sampai saat ini masih populer dan banyak disukai.

Sekilas, penampilannya memang mirip dengan nasi pecel, tapi cara memasak dan penyajiannya jauh berbeda.

Pada seporsi Nasi Ndoreng terdapat nasi matang yang ditumpuk dengan berbagai sayuran, seperti petai cina, jenthut (jantung pisang), kembang turi, pucuk daun, daun singkong muda, buah lamtoro mudadan glandir (daun ubi jalar).

Kemudian, tumpukan nasi dan sayuran tersebut disiram dengan bumbu kacang. Uniknya, bumbu tersebut dimasak menggunakan tungku. Terakhir, ditaburi dengan serundeng di atasnya.

Sementara untuk menyajikannya, Nasi Ndoreng dibungkus pada pincukan dari daun pisang atau daun jati.

Urusan rasa jangan khawtir. Kuliner ini memiliki yang menggugah selera, mulai dari gurih, asin, pedas, dan manis.

4. Alat Musik Kulintang Pring

Kulintang pring adalah jenis musik tradisional yang berasal dari Lampung. Menurut sejarah, alat musik ini awalnya berkembang di wilayah Kerajaan Sekala Brak, Belalau, Lampung Barat.

Namun, seiring berjalannya waktu, alat musik tadisional Lampung ini menyebar ke berbagai daerah. Hingga saat ini dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Way Kanan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.

Alat musik Kulintang Pring terdiri dari tujuh bilah bambu, disusun dari yang terpanjang hingga yang terpendek.

Bunyi yang dihasilkan dari masing-masing bambu juga berbeda. Dimana, bambu terpanjang menghasilkan nada paling rendah, sedangkan bambu terpendek menghasilkan nada paling tinggi.

Adapun cara memainkan alat musik tradisional Kulintang Pring adalah dengan cara dipukul seperti memainkan alat musik gamelan.

5. Tari Serimpi

Tari Serimpi adalah warisan budaya yang sudah dikenal sejak zaman kejayaan Kerajaan Mataram Islam ketika masa pemerintahan Sultan Agung.

Tarian tradisional ini pada awalnya tergolong sebagai tarian sakral karena hanya dipentaskan di lingkungan Keraton.

Dan tidak sembarang waktu dapat memainkan tarian ini. Sebab, Tari Serimpi hanya digunakan untuk keperluan upacara kenegaraan dan peringatan kenaikan tahta.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tarian ini kemudian dapat dinikmati oleh masyarakat umum, terutama pada acara resmi seperti saat penyambutan tamu atau acara lainnya.

6. Hiasan Kepala Tangkulok

Tangkulok sendiri merupakan hiasan kepala yang berbentuk seperti lidah yang terbuat dari selembar kain dilipat tanpa sambungan. Hiasan ini digunakan oleh para penari Seudati.

Hiasan kepala Tangkulok diperkirakan pertama kali muncul pada masa Kesultanan Aceh.

Konon, hiasan kepala Tangkulok terinspirasi dari bentuk ekor burung balam sehingga sangat cocok dikenakan pria agar terlihat lebih tangguh dan bijaksana.

Pada masa kerajaan, Tangkulok dijahit manual dengan tangan tanpa menggunakan pola khusus. Sementara untuk mengikat bagian ujungnya, cukup dengan menggunakan jahitan tangan saja.

7. Upacara Sekaten

Upacara Sekaten adalah sebuah tradisi yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu Kerajaan Demak.

Menurut sumber dari Kesultanan Yogyakarta, upacara atau ritual Sekaten diselenggarakan untuk memeringati kelahiran Nabi Muhammad.

Kemudian, nama “Sekaten” juga punya sejarah sendiri. Beberapa berpendapat menyebut bahwa Sekaten berasal dari kata sekati, yaitu seperangkat gamelan dari zaman Majapahit.

Dalam versi lain ada pendapat yang menyatakan bahwa istilah Sekaten berasal dari bahasa Arab, syahadatain, yaitu kalimat untuk menyatakan seseorang telah memeluk agama Islam, dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “Syahadat”.

Sampai saat ini, ada empat keraton yang masih melaksanakan upacara Sekaten, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kesultanan Kasepuhan, dan Kanoman Cirebon.

Nah, itulah beberapa warisan budaya dari kerajaan-kerajaan Islam Indonesia. Keberadaan warisan budaya sangat penting untuk membuktikan eksistensi kerajaan yang pernah berjaya di masa lalu.

Jangan lupa ikuti Google Berita Sastrawacana.id agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya dengan tautan berikut ini: Klik di sini

Previous Post Next Post