Program Magang Buka Kesempatan Mahasiswa Mendapat Pengalaman Nyata di Dunia Industri

program msib batch 3

Program MSIB Batch 3 (Kemdikbud.go.id)

Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) telah menjadi wadah bagi puluhan ribu mahasiswa Indonesia untuk memperoleh pengalaman kerja serta pembelajaran yang bermakna dalam ekosistem dunia usaha dan dunia industri.

Pelaksanaan program pada angkatan pertama hingga ketiga telah menghadirkan berbagai cerita baik dan penuh inspirasi dari generasi muda Indonesia yang tengah menapaki jalan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka beserta keluarga tercinta.

Baca juga: Cara Mudah Mengatasi Kendala Pendaftaran Kurikulum Merdeka 2023

Alfin Sofyan Toha adalah salah satu mahasiswa yang berkesempatan untuk menikmati pengalaman unik sebagai peserta MSIB Angkatan 3.

Selama hampir enam bulan, mahasiswa program studi D3 Akuntansi di Universitas Airlangga ini mengikuti kegiatan magang di PT. Industri Kereta Api (Persero), yang berlokasi di Kota Madiun, tidak jauh dari kampung halamannya di Kabupaten Nganjuk.

Anak bungsu dari empat bersaudara ini adalah orang pertama di keluarganya yang bisa mencicipi pendidikan tinggi.

Kedua orang tuanya tidak sempat menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, dan ketiga saudaranya hanya belajar hingga jenjang sekolah menengah.

Fakta bahwa anak mereka menjadi salah satu mahasiswa terpilih untuk magang di BUMN ternama dan bahkan mendapat tawaran untuk bekerja di sana selepas menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, menjadi kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tua Alfin.

Baca juga: Membanggakan! ITS dan UNS Raih Prestasi Gemilang di Ajang International Roboboat Competition (IRC) 2023

“Senang pastinya dan juga bangga, walaupun hanya magang itu sudah senang sekali. Kebetulan INKA sendiri perusahaan yang cukup besar di Madiun dan terkenal di Nganjuk dan sekitarnya,” ucapnya.

Orang tua Alfin saat ini memang tidak lagi bekerja, karena toko bangunan yang sebelumnya menjadi sumber mata pencaharian mereka tidak lagi beroperasi setelah semua material harus dijual untuk melunasi hutang salah satu kerabat mereka.

Usia sang ayah dan ibu pun sudah terlalu tua untuk mulai mencari pekerjaan baru, sehingga ekspektasi untuk menghidupi keluarga berada di pundak Alfin dan ketiga saudaranya.

Alfin bercerita, tiga tahun yang lalu kedua orang tuanya sebenarnya sempat melarangnya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, karena saat itu kondisi keuangan keluarga memang sedang tidak menentu.

Namun tekad Alfin ternyata begitu besar, dan kegigihannya membawanya untuk akhirnya bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri.

Baca juga: UNESA dan VCG Korea Selatan Kerjasama dalam Bidang Pendidikan, Sosial, dan Budaya

Namun semua perjuangan yang ia tempuh, menurut Alfin, bukan sekadar untuk mengejar pencapaian pribadi.

“Orang tua sebenarnya membebaskan saya untuk bekerja di mana pun, mereka hanya ingin saya mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Impian saya sendiri adalah untuk bekerja di instansi pemerintah, melanjutkan studi S1 bahkan sampai S2, lalu saya ingin melanjutkan toko bangunan Ibu dan Bapak,” kata Alfin.

Selama magang, Alfin ditempatkan di divisi keuangan dan dipercaya untuk memegang beberapa pekerjaan mulai dari verifikasi invoice, input transaksi harian, hingga memegang anggaran proyek di berbagai wilayah di Indonesia.

Melalui pengalaman ini ia belajar banyak hal baru yang belum pernah ia peroleh dalam pembelajaran di kampus, baik yang berkaitan dengan hal-hal teknis di bidang keuangan, keterampilan komunikasi, dan kerja sama dengan staf lainnya, hingga tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pengalaman magang baginya cukup meninggalkan kesan, bukan hanya dari ilmu yang diperoleh namun juga rasa kekeluargaan yang ia peroleh dari rekan kerja serta peserta magang yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

Baca juga: Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unej Suka Cosplay Ketika Mengajar, Ternyata Ini Alasannya

Ia pun tertarik untuk nantinya mendaftar di perusahaan tersebut selepas menamatkan pendidikannya di Universitas Airlangga.

“Ada omongan dari kepala divisi SDM dan beberapa staf lain, nanti kalau sudah lulus langsung saja bawa ijazahnya ke bagian SDM. Keluarga besar juga mendorong saya untuk bekerja di sana kalau memang sudah diberi lampu hijau,” tuturnya.

Alfin hanyalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menjadikan program MSIB sebagai sarana mobilitas vertikal.

Program ini sendiri cukup inklusif bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang ekonomi, termasuk mereka yang berasal dari rumah tangga kurang mampu yang memiliki proporsi sebesar 36 persen peserta berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada para alumni Program MSIB Angkatan 3.

Sebanyak 57,64 persen peserta memiliki orang tua yang tidak pernah kuliah sebelumnya, dan 10,72 persen peserta memiliki orang tua yang hanya lulusan SD atau tidak lulus SD sama sekali.

Meski demikian, peserta MSIB memiliki ekspektasi gaji yang lebih tinggi, yang artinya peserta memiliki self-value dan percaya diri yang baik setelah mengikuti program MSIB.

Mereka juga meyakini bahwa pengalaman mengikuti program MSIB memberikan kesiapan yang lebih baik dan menjadi nilai tambah bagi mereka untuk bersaing di pasar kerja.

Baca juga: Kemendikbudristek Beri Apresiasi Kepada Guru di Australia Barat yang Ajarkan Bahasa Indonesia

“Kebanyakan perusahaan saat ini mencari calon pegawai yang sudah punya pengalaman. Kalau kita sudah punya pengalaman magang di perusahaan besar, apalagi bersertifikat dari kementerian, saya yakin sudah pasti akan memperbesar peluang untuk melamar pekerjaan nanti,” kata Loisma Daeli, mahasiswa Universitas Negeri Medan peserta magang di PT. Midi Utama Indonesia Tbk. (Alfamidi).

Perusahaan tempatnya magang yang bergerak di bidang bisnis dan retail, memang tidak sejalan dengan bidang studi yang ia tekuni, yaitu pendidikan matematika.

Namun justru hal inilah yang membuat pengalaman magangnya cukup berkesan, karena ia bisa mempelajari banyak ilmu baru dan mendapat perspektif yang berbeda tentang dunia kerja.

“Kesulitan pasti ada, terutama saat awal magang, tapi kami selalu dibimbing mentor dan dari situ kita belajar banyak hal dengan lebih mendalam, termasuk soal manajemen waktu. Mahasiswa itu biasanya deadliner kalau mengerjakan tugas, tapi di perusahaan ada agenda dan target waktu yang harus dikerjakan untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” tuturnya.

Keluarganya juga senantiasa memberikan dukungan kepadanya sejak awal ia mengikuti kegiatan magang hingga program ini berakhir.

Baca juga: Keren, Sembilan Siswa Indonesia Tampilkan Seni dan Budaya di Jepang

Orang tua Loisma yang merupakan lulusan SD dan SMP bekerja sebagai wiraswasta, sehari-hari mereka menggarap ladang ubi dan jagung milik mereka sendiri, sehingga kesempatan magang di perusahaan ternama yang diterima Loisma menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.

“Orang tua ingin yang terbaik saja. Melihat saya bisa selesai sampai saat ini tentunya bersyukur dan bangga bisa magang di perusahaan yang bagus,” ucapnya.

Setelah sukses dalam pelaksanaan empat angkatan, saat ini Program MSIB tengah bersiap untuk membuka pendaftaran mitra dan mahasiswa untuk angkatan kelima.

Dengan target peserta lebih dari 52.000, lebih banyak mahasiswa program sarjana maupun vokasi dapat menikmati pembelajaran yang berkualitas yang menjembatani mereka untuk meraih cita-cita.

Previous Post Next Post