Bertepuk sebelah tangan (pexels.com/ATC Comm Photo) |
Jika mendengar istilah bertepuk sebelah tangan, kebanyakan orang menafsirkannya dengan hubungan asmara yang tidak baik-baik saja.
Padahal, sebenarnya istilah tersebut juga bisa dimaknai secara luas, bukan hanya urusan cinta saja.
Karena pada dasarnya ungkapan bertepuk sebelah tangan itu menggambarkan situasi dimana seseorang melakukan sesuatu, namun tidak mendapatkan respons yang diharapkan dari pihak lain.
Baca juga: Deep Talk Itu Bukan Sesi Curhat, Simak Penjelasannya Agar Tak Salah Kaprah
Lebih luas lagi, bertepuk sebelah tangan juga dapat menggambarkan ketidakseimbangan dalam komunikasi dan hubungan.
Salah satu pihak lebih berperan daripada pihak lain, sementara pihak lainnya tidak memberikan respons atau tanggapan yang seimbang.
Contohnya, ketika kita melakukan upaya untuk menarik perhatian perhatian atasan dengan meningkatkan kinerja dan disiplin.
Tapi pada kenyataannya, atasan tetap saja tidak memandang upaya kita, yang ada justru malah menyudutkan dan seolah-olah tak peduli.
Pernahkah kamu mengalami hal demikian?
Jika pernah, itu juga menjadi salah satu contoh bertepuk sebelah tangan. Hal tersebut terjadi bukan karena alasan, tapi memang kita tidak diprioritaskan atau ada prioritas lainnya yang lebih penting.
Dalam situasi tertolak, seseorang bisa menjadi frustrasi, kecewa, atau merasa tidak dihargai. Seseorang mungkin merasa bahwa kontribusinya diabaikan atau dianggap remeh oleh orang lain.
Ungkapan "bertepuk sebelah tangan" juga dapat menggambarkan ketidakadilan atau ketidakseimbangan dalam sebuah hubungan.
Baca juga: Mengenal Playing Victim, Ciri-Ciri, Contoh, dan Cara Menghadapi Agar Kita Tidak Jadi Korban
Misalnya, jika seseorang terus memberikan perhatian, waktu, atau bantuan kepada orang lain, tetapi tidak menerima hal yang sama sebagai balasannya, ia mungkin merasa hubungan tersebut tidak seimbang atau tidak saling menguntungkan.
Dalam beberapa kasus, bertepuk sebelah tangan dapat menjadi penyebab ketidakharmonisan atau ketegangan antara individu.
Ketika salah satu pihak merasa bahwa selalu memberikan lebih banyak daripada yang diterima, bisa timbul ketidakpuasan atau ketidakadilan yang dapat merusak hubungan tersebut.
Dalam urusan pertemanan, tentu saja hal ini dapat menjadi pemicu terjadinya kerenggangan hubungan. Maka, perlu dikomunikasikan lebih lanjut.
Pihak yang merasa tidak mendapat balasan sesuai dengan apa yang diharapkan, mungkin dapat membuka komunikasi terkait masalah ini dengan pihak lainnya.
Jangan sampai pihak lain memanfaatkan kita untuk kepentingannya sendiri sehingga kita terus mengalami "bertepuk sebelah tangan".
Sebab, seringnya hubungan yang bertepuk sebelah tangan sudah dapat diidentifikasi sedari awal.
Pihak yang tidak menginginkan kehadiran pihak lain harusnya menghindar sejak awal, bukannya malah memberi perhatian atau harapan untuk mengambil keuntungan pribadi.
Sebagai contoh, ketika kita mendekati seorang tokoh agar kita dapat dipromosikan menjadi calon pejabat.
Kita terus memberi dukungan, perhatian, bahkan materi kepada tokoh tersebut dengan harapan agar suatu hari nanti kita akan dipromosikan.
Namun, setelah banyak hal yang kita beri, pada akhirnya kita sama sekali tidak diprioritaskan, justru tokoh tersebut malah memilih orang lain. Itu adalah contoh bertepuk sebelah tangan.
Baca juga: 5 Cara Bangkit dari Keterpurukan untuk Mengembalikan Semangat Hidup
Bisa jadi kita hanya dimanfaatkan oleh tokoh tersebut untuk kepentingannya sendiri.
Dia sudah tahu sejak awal bahwa tidak akan memilih kita, tapi dia dengan sengaja memberi harapan agar kita selalu dalam genggamannya.
Maka dari itu, sebenarnya bertepuk sebelah tangan juga bisa tercipta dari tindakan kita sendiri yang terlalu berlebihan dan terlalu tinggi harapan kepada orang lain.
Padahal, seharusnya kita bisa merasakan apakah ada orang lain yang memanfaatkan kita. Namun, karena ambisi terlalu tinggi, kita tidak sadar jika sedang dimanfaatkan.
Author: Maulana Affandi.