Seminar sehat bergizi (Dok. kemdikbud) |
Dalam upaya mencegah serta menekan angka anak penderita kurang gizi serta lebih gizi, pemerintah terus melakukan berbagau upaya, salah satunya Kampanye Sekolah Sehat (KSS) yang diluncurkan pada Agustus 2022 lalu.
Salah satu kegiatan dari kampanye yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini adalah Seminar Sekolah Sehat.
Seminar Sekolah Sehat diperuntukkan bagi guru dan orang tua peserta didik tingkat PAUD, SD, SMP, dan SLB di Provinsi Bali dengan mengusung tema "Gizi Baikku Cermin Masa Depanku" pada Selasa (6/6).
Baca juga: Kolaborasi UNS dan Danacita Hadirkan Alternatif Pembayaran Kuliah Secara Bulanan
Direktur Sekolah Dasar, Muhammad Hasbi, menuturkan bahwa melalui kegiatan seminar ini diharap semakin banyak satuan pendidikan yang mengimplementasikan Sekolah Sehat.
Harapannya agar dapat mengedukasi warga sekolah dan masyarakat tentang pentingnya Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi.
“Usia prasekolah adalah usia emas di mana perkembangan fisik dan psikologisnya sangat pesat. Oleh karena itu kebutuhan gizinya harus terpenuhi secara seimbang sehingga anak berada dalam status gizi baik,” tutur Muhammad Hasbi dalam Seminar Sekolah Sehat di Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali.
Hadir pula Ni Nengah Ariati, pengajar Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Denpasar sebagai narasumber utama.
Dalam materinya, Ni Nengah menjelaskan ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan gizi pada anak-anak, diantaranya ibu hamil dan ibu menyusui yang makannya terlalu sedikit kalori, protein, dan mikronutrien.
“Faktor lainnya, ibu hamil dan menyusui ketika sakit infeksi tidak berobat. Misalnya sakit IMS, TBC, dan Hepatitis,” tutur Ni Nengah.
Lebih dari itu, Ni Nengah juga menyampaikan faktor penting lain adalah ibu tidak punya waktu cukup untuk istirahat, sehingga tidak cukup waktu untuk merawat bayinya.
Baca juga: Kemendikbudristek Gelar Diseminasi Pengembangan Bahasa Bertajuk Kamus Masuk Sekolah
“Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum, dan bayi umur 0-6 tidak dapat ASI eksklusif,” ujarnya.
Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi tidak diberi makanan pendamping ASI, kemudian makannya terlalu sedikit dan kurang kalori. Belum lagi dengan makanan kurang bersih yang tercemar bakteri atau parasit.
”Faktor-faktor inilah yang membentuk adanya permasalahan gizi pada anak,” ujar Ni Nengah Ariati.
Hadir juga Retno Wulandari selaku PIC Project Manajemen Office PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah (PMO PDM) 11 Gerakan Sekolah Sehat.
Ia mengatakan, Kampanye Sekolah Sehat merupakan upaya pemerintah yang dilakukan bersama-sama untuk mengajak dan meyakinkan seluruh pemangku kepentingan tentang pentingnya penerapan Sekolah Sehat.
Tujuannya adalah demi mewujudkan anak Indonesia yang sehat, kuat, cerdas, dan berkarakter.
Selain itu, Retno juga menuturkan bahwa KSS berfokus pada 3S yaitu Sehat Fisik, Sehat Bergizi, dan Sehat Imunisasi.
Menurut Retno, Sehat Bergizi meningkatkan derajat kesehatan peserta didik melalui penerapan pola makan yang tepat dan konsumsi makanan bergizi.
“Sehat fisik meningkatkan kualitas kesehatan fisik seluruh ekosistem atau warga sekolah/satuan pendidikan. Sedangkan sehat imunisasi adalah meningkatkan capaian imunisasi peserta didik untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap,” ujar Retno.
Kemudian, strategi implementasi Kampanye Sekolah Sehat yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah penguatan regulasi, optimalisasi peran tim pembina UKS dan Pengawas Sekolah.
Tak luput pula sosialisasi, publikasi dan advokasi, kerja sama atau kemitraan, integrasi data status imunisasi peserta didik dalam DAPODIK, pembinaan dan pendampingan ke satuan pendidikan.
Baca juga: KBRI Seoul Gelar Indonesia Week di BUFS Untuk Peringati 50 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Korea
Kemudian advokasi terhadap pemerintah daerah oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek, advokasi terhadap sekolah yang dilakukan oleh UPT dan Pemda seperti Dinas Pendidikan, dan Perangkat Daerah terkait.
Berbagai kegiatan KSS sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan mendapat dukungan Ibu Negara dan OASE KIM. Melalui tiga Fokus Sehat dalam KSS disinergikan ke dalam tema kegiatan OASE Bidang 1 yakni Pengasuhan dan Pendidikan Karakter dalam setiap kegiatan kunjungan kerja Ibu Negara dan OASE KIM.
Salah satu peserta seminar, Kepala Sekolah SLB, Agung Dwi Putra mengatakan seminar ini sangat penting untuk sekolah khususnya kebijakan KSS.
“Seminar tersebut membahas tentang program sekolah sehat di satuan pendidikan terutama terkait gizi anak-anak, sehingga sekolah dapat merancang program perbaikan gizi peserta didik agar jadi anak yang sehat dan berkarakter,” ucapnya.
Salah satu orang tua murid TK Al-Banan, Muna, yang juga hadir pada seminar ini mengatakan melalui seminar ini, ia baru mengetahui jika anak yang aktif adalah anak yang sehat.
“Ke depan saya tidak akan menyalahkan anak lagi kalau geraknya banyak, ternyata itu salah satu ciri anak kita itu baik-baik, anak kita sehat. Saya juga akan tetap menjaga pola makan hidup sehat anak saya agar tetap sehat,” tuturnya.
Sumber: Kemdikbud.go.id