Festival Permainan Tradisional di Bali (Dok. Kemdikbud) |
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Sekolah Dasar mengajak 360 anak-anak di Provinsi Bali untuk mengikuti Festival Permainan Tradisional di Denpasar, Selasa, 6 Juni 2023.
Adapun pesertanya terdiri dari 234 peserta didik jenjang SD, 90 peserta didik PAUD, dan 36 peserta didik SLB.
Pada festival ini, ada enam permainan yang dikompetisikan, yaitu Sepit-sepitan, Congklak, Engklek, Bola Bekel, Deduplak, dan Bakiak.
Direktur Sekolah Dasar, Muhammad Hasbi menuturkan Festival Permainan Tradisional yang dilombakan menjadi salah satu fokus dari Kampanye Sekolah Sehat.
Baca juga: Kemendikbudristek Gelar Seminar Gizi di Bali Untuk Kampanyekan Sekolah Sehat
Adapun Kampanye Sekolah Sehat merupakan program yang telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim pada Agustus 2022 lalu.
Tujuan dari Kampanye Sekolah Sehat adalah untuk mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter.
“Permainan tradisional perlu kita galakkan agar anak-anak antusias dan terbiasa melakukan aktivitas fisik. Ini menjadi salah satu fokus Kampanye Sekolah Sehat,” kata Muhammad Hasbi dalam acara Festival Permainan Tradisional di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bali.
Ada tiga fokus utama dalam Kampanye Sekolah Sehat, yaitu Sehat Bergizi, Sehat Fisik, dan Sehat Imunisasi.
Saat peluncuran kampanye ini, Mendikburistek menyampaikan jika kampanye ini bukan hanya sekedar program semata, tetapi gerakan bersama dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, sekolah, peserta didik, orang tua, hingga mitra swasta, serta organisasi nirlaba.
Maka dari itu, lanjut Hasbi, semua stakeholder pendidikan, baik murid, guru, kepala sekolah, orang tua, tenaga kependidikan, dinas pendidikan, hingga masyarakat juga dapat mengambil peran dalam menyukseskan Kampanye Sekolah Sehat.
Salah satunya melalui Festival Permainan Tradisional.
“Murid yang sehat dapat meningkat daya konsentrasinya dalam belajar. Stakeholder pendidikan yang sehat berpengaruh pada kinerja dalam membantu peningkatan kualitas pembelajaran,” kata Direktur Sekolah Dasar.
Baca juga: Kedaireka Dukung Pengembangan Produk Olahan Khas Ternate
Menurut Hasbi, permainan tradisional tidak hanya untuk menjaga kesehatan peserta didik, tapi juga melestarikan budaya permainan rakyat yang saat ini sudah hampir punah serta meningkatkan persaudaraan, kebersamaan, dan kebhinekaan antar sesama peserta didik.
“Indonesia sangat kaya dengan permainan dan olahraga tradisional. Namun seiring berkembangnya teknologi yang juga menyajikan berbagai permainan dan hiburan berbasis digital, telah menjauhkan anak-anak dari permainan tradisional. Hal ini merupakan kondisi yang memprihatinkan, mengingat permainan dan olahraga tradisional selain bermanfaat sebagai aktivitas fisik, juga bermanfaat dalam pembentukan karakter peserta didik,” jelas Hasbi.
Contohnya adalah permainan Sepit-sepitan yang terkenal di kalangan masyarakat Bali. Permainan yang berupa memindahkan bola dengan capit kayu ini mengajarkan kejujuran, sportivitas, dan kerja keras.
Begitu juga dengan Deduplak. Deduplak merupakan permainan tradisional Bali yang tercatat dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2017. Permainan tradisional yang sangat sederhana ini bertujuan untuk membentuk dan membina watak melalui bermain.
Namun saat ini, kedua permainan tersebut sudah hampir jarang terlihat dan dimainkan oleh anak-anak di Bali.
“Menggalakkan kembali permainan tradisional dapat menjadi alternatif untuk mengalihkan anak dari penggunaan gadget yang berlebihan, dan sekaligus sebagai upaya melestarikan permainan tradisional,” kata Hasbi.
Hadir mewakili Walikota Denpasar, Asisten I Kota Denpasar I Made Toya yang mendukung dan mengapresiasi Kemendikbudristek yang menyelenggarakan Festival Permainan Tradisional di Bali.
“Permainan tradisional ini sebagai wahana pendidikan karakter anak-anak. Secara tidak langsung anak-anak kita dapat mempelajari pengetahuan, pelatihan, kemampuan motorik, serta dapat melestarikan budayanya sendiri. Kepada adik-adik, selamat mengikuti festival ini, kedepannya bisa dilanjutkan secara terus menerus,” ucap I Made Toya.
Sementara itu, Kepala BPMP Provinsi Bali, I Made Alit Dwitama mengatakan, sebagai tuan rumah BPMP Bali merasa senang dapat membantu terselenggarannya Festival Permainan Tradisional ini.
I Made Alit menyampaikan festival ini diikuti oleh perwakilan sekolah dari 9 kabupaten/kota di Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Tabanan.
Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, Kemendikbudristek bekerja sama dengan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional (KPOTI) yang membantu mengatur jalannya permainan.
Selain Festival Permainan Tradisional, dalam acara ini diselenggarakan juga Seminar Sehat Bergizi dengan tema Gizi Baikku Cermin Masa Depanku.
Sumber: Kemdikbud.go.id