Beberapa waktu lalu, ChatGPT sempat menghebohkan publik karena kemampuannya menjawab semua pertanyaan dengan cepat.
Dari situ pula, banyak yang memanfaatkan ChatGPT untuk mendukung pekerjaan, bahkan untuk urusan sehari-hari.
Bahkan, kecerdasan buatan (AI) milik OpenAI ini sempat trending karena baru saja diluncurkan, penggunanya langsung membludak dan digadang-gadang akan menjadi software kecerdasan paling populer di dunia.
Baca juga: 5 Media Sosial yang Pernah Hits di Indonesia dan Berakhir Punah
Dalam kurun waktu 2 bulan aja, ChatGPT berhasil mengumpulkan 100 juta pengguna aktif. Pencapaian itu juga turut membuat perusahaan raksasa lainnya menciptakan software serupa.
Namun, baru-baru saja ada sebuah kabar tak sedap yang menyebutkan jika ChatGPT berpotensi bangkrut pada tahun 2024.
Dikutip dari laman business-standard.com, biaya operasional ChatGPT sangat tinggi, sehingga jika sampai akhir tahun 2024 tidak ada penghasilan, besar kemungkinan akan mengalami kebangkrutan.
Menurut laporan dari majalah Analytics India Magazine via business-standard.com, OpenAI mengeluarkan setidaknya $700.000 atau setara Rp10 miliar per hari mengoperasikan ChatGPT.
Untuk menutupi biaya yang sangat tinggi itu, investor seperti Microsoft dan yang lainnya turut membantu menyediakan sumber dana.
Jumlah investasi Microsoft juga tak tanggung-tanggung, yakni $10 miliar sehingga membuat ChatGPT masih bertahan hingga saat ini.
Baca juga: 6 Cara Mendapatkan Uang dari Google, Efektif di Tahun 2023
Tapi di sisi lain, perusahaan besutan Sam Altman ini memproyeksikan pendapatan tahunan sebesar $200 juta pada tahun 2023, dan diperkirakan akan mencapai $1 miliar pada tahun 2024.
“Investasi Microsoft sebesar $10 miliar di OpenAI mungkin membuat perusahaan tetap bertahan saat ini. Namun di sisi lain, OpenAI memproyeksikan pendapatan tahunan sebesar $200 juta pada tahun 2023, dan diperkirakan akan mencapai $1 miliar pada tahun 2024, yang tampaknya merupakan pukulan panjang karena kerugian terus meningkat,” menurut laporan tersebut.
Ambisi OpenAI untuk meraup keuntungan sebesar $200 juta dianggap terlalu berlebihan, mengingat sampai saat ini ChatGPT masih terus membakar uang untuk operasionalnya.
Bahkan menurut laporan tersebut, pada bulan Mei 2023, OpenAI mengalami kerugian ganda mencapai $540 juta sejak mulai mengembangkan ChatGPT.
Laporan tersebut juga menyoroti jumlah pengguna yang kian menyusut menurut data dari SimilarWeb. Dimana, pengguna ChatGPT turun 12 persen sepanjang Juli 2023 dari yang sebelumnya 1,7 miliar menjadi 1,5 miliar pengguna.
Sebagai catatan, angka tersebut diambil dari jumlah pengguna yang mengunjungi situs ChatGPT saja, bukan pengguna yang menggunakan API dari OpenAI.
Author: Maulana Affandi
Sumber: business-standard.com