Bagaimana perwujudan “menuntun” yang saya lihat dalam konteks sosial budaya di daerah saya? Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?
Jawaban:
Dalam konteks sosial budaya di daerah, kata “menuntun” dapat diinterpretasikan sebagai upaya mengarahkan seseorang menuju hal-hal positif yang sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Untuk mencapai pendidikan anak yang sesuai dengan konteks sosial budaya di daerah, kita perlu aktif memengaruhi karakter masing-masing peserta didik.
Menuntun merupakan salah satu prinsip pendidikan yang ditekankan oleh Ki Hajar Dewantar yang mengindikasikan proses mengarahkan dan menuntun peserta didik agar dapat tumbuh sesuai dengan nilai-nilai alamiah dan tuntutan zaman.
Membimbing juga melibatkan peran sebagai contoh dan panutan bagi peserta didik dalam perilaku dan sikap.
Perubahan konkret apa yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya?
Sebagai pengajar, kita bukan hanya pemberi ilmu, tetapi juga pembentuk karakter. Kita adalah cermin bagi para peserta didik, dan teladan kita akan terukir dalam diri mereka.
Menuntun siswa untuk menghargai dan menjaga warisan budaya lokal, termasuk bahasa Jawa, seni tradisional, tradisi adat, dan prinsip moral yang tinggi.
Hal tersebut dapat dicapai dengan mendorong siswa untuk mempelajari bahasa Jawa, menghargai seni tradisional seperti wayang, ludruk, reog, serta berpartisipasi dalam tradisi adat seperti bersih desa.
Selain itu, penting juga untuk menanamkan nilai-nilai seperti gotong royong, saling rukun, dan sikap hormat satu sama lain.
Menuntun peserta didik bukan hanya tentang mentransfer ilmu, tapi juga membuka gerbang potensi mereka.
Di balik setiap anak tersembunyi bakat, minat, kemampuan, dan kreativitas yang unik. Tugas kita sebagai pendidik adalah memupuk potensi tersebut dan memantaskan mereka untuk bersinar.