Bagaimana sikap kelompok yang bersikap rejeksionis terhadap globalisasi?

Kelompok yang bersikap rejeksionis terhadap globalisasi cenderung menolak atau menentang fenomena globalisasi dan berbagai dampaknya.

Sikap ini bisa muncul dari berbagai alasan, termasuk kekhawatiran akan hilangnya identitas budaya lokal, ketidaksetaraan ekonomi yang semakin membesar, atau perasaan ketidakadilan akibat dominasi kekuatan asing.

Sikap kelompok yang bersikap rejeksionis terhadap globalisasi umumnya didasari oleh beberapa alasan, antara lain:

1. Ketakutan akan hilangnya identitas budaya

Globalisasi dianggap sebagai proses yang dapat menyebabkan budaya lokal terpinggirkan dan tergantikan oleh budaya global.

Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan hilangnya identitas budaya dan rasa nasionalisme.

2. Kekhawatiran akan dampak ekonomi

Globalisasi dianggap sebagai proses yang dapat memperparah kesenjangan ekonomi dan meningkatkan eksploitasi sumber daya alam.

Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan rakyat miskin semakin terpinggirkan dan negara-negara berkembang semakin tertinggal.

3. Ketidakpercayaan terhadap lembaga internasional

Globalisasi dikaitkan dengan dominasi negara-negara maju dan lembaga internasional, seperti IMF dan World Bank.

Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan negara-negara berkembang kehilangan kedaulatan dan kontrol atas ekonomi mereka.

4. Ketidaksepakatan dengan nilai-nilai global

Globalisasi dianggap sebagai proses yang menyebarkan nilai-nilai materialisme, individualisme, dan hedonisme. Hal ini dikhawatirkan dapat merusak nilai-nilai tradisional dan moralitas masyarakat.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, kelompok rejeksionis umumnya menunjukkan sikap yang:

  • Menentang liberalisasi ekonomi dan perdagangan bebas.
  • Membela proteksionisme untuk melindungi industri dan budaya lokal.
  • Menolak intervensi asing dalam urusan negara.
  • Mempromosikan nilai-nilai tradisional dan budaya lokal.
  • Menuntut keadilan dan kesetaraan dalam sistem global.
Previous Post Next Post