Menurut Imam Al Ghazali Bagaimana Syukur Diwujudkan?

Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yaitu “syakara” yang memiliki makna “membuka”, sebagai lawan kata “kafara” (kufur) yang berarti menutup.

Syukur menurut syara’ adalah mengakui nikmat Allah dengan tunduk dan menggunakannya sesuai kehendak-Nya.

Dalam Islam, syukur memiliki makna yang lebih luas daripada sekadar rasa terima kasih.

Baca juga: 7 Alasan Mengapa Kita Harus Bersyukur Kepada Allah SWT

Syukur diartikan sebagai pengakuan atas nikmat yang Allah SWT berikan, baik nikmat lahir maupun batin, dengan cara menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Menurut Imam Al Ghazali bagaimana syukur diwujudkan?

  • Pengenalan Nikmat: Artinya memahami bahwa semua nikmat, termasuk pengetahuan, berasal dari Allah SWT. Allah yang memberikan nikmat tersebut kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Orang lain hanyalah perantara.
  • Syukur dengan Hati dan Perbuatan: Akibat memahami nikmat Allah, seseorang akan memiliki hati yang bersyukur dan senantiasa taat kepada Allah. Rasa syukur ini diwujudkan dengan patuh menjalankan perintah-Nya.
  • Menjauhi Maksiat: Seseorang yang bersyukur akan menghindari perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Rasa syukur yang sejati muncul dari pemahaman terhadap kebijaksanaan Allah dalam menciptakan seluruh makhluk-Nya.

Baca juga: 5 Cara Bersyukur Kepada Allah Agar Hati Lebih Tenteram

Ibnu Qudamah mengungkapkan, “Syukur dapat diwujudkan melalui lisan, hati, dan perbuatan.” Bersyukur dengan hati menandakan adanya dorongan untuk senantiasa melakukan kebaikan.

Sementara bersyukur dengan lisan berarti mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah melalui kata-kata, seperti memuji-Nya dengan penuh penghormatan dan pengagungan.

Kemudian Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menjelaskan bahwa inti dari syukur adalah mengakui nikmat Allah, mengingat bahwa Dialah sumber segala karunia dan anugerah. Dengan demikian, hati manusia menyadari bahwa setiap nikmat berasal dari Allah SWT.

Previous Post Next Post