Nyepi dan Ramadan Bersamaan, Menag Ingin Masyarakat Saling Hormati Ritual dan Tradisi

Hari Raya Nyepi tahun baru Caka 1946 dan awal Ramadan 1445 H bertepatan. Umat Hindu merayakan Nyepi dengan Tawur Agung Kesanga dan Pawai Ogoh-ogoh, sementara umat Islam menyambut bulan puasa dengan Tarhib Ramadan dan Qiyamul-Lail.

Menurut Menag, baik Nyepi maupun Ramadan memberikan kesempatan yang baik bagi umat Hindu dan Islam untuk melakukan introspeksi.

Baca juga: Wamenag dan Dubes Arab Saudi Rilis Program Iftar dan Distribusi Kurma Ramadan bagi Indonesia

Umat Hindu mengikuti Catur Brata Penyepian, yaitu: Amati geni (menjauhi api), Amati Karya (berhenti bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (menahan diri dari hiburan/kesenangan). Di sisi lain, umat Islam menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan.

“Catur Brata Penyepian, waktu tepat untuk umat Hindu melakukan kontemplasi. Puasa Ramadan juga sangat baik untuk muhasabah bagi umat Islam. Jadi keduanya adalah momentum instrospeksi,” ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas.

Dalam semangat introspeksi, sikap saling menghormati menjadi sangat penting mengingat adanya perbedaan dalam ekspresi keberagamaan. Hari Raya Nyepi menuntut keheningan, sedangkan aktivitas penuh syiar (keramaian) mengisi bulan Ramadan.

“Mari saling menghormati dalam menjalani ritual ibadah dan tradisi keagamaan masing-masing,” imbuhnya.

Baca juga: Pemerintah Tetapkan Awal Ramadan pada 12 Maret 2024, Ini Imbauan Menag

Pawai Ogoh-ogoh dan Tarhib Ramadan juga diperkirakan akan berlangsung secara bersamaan. Menag mengajak Kanwil Kemenag Provinsi, bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forkopimda, untuk mengkoordinasikan agar keduanya dapat dilaksanakan dengan semangat toleransi.

“Saya mengapresiasi langkah Kanwil, FKUB, dan Forkopimda yang telah mengatur pelaksanaan Pawai Ogoh-ogoh dan Tarhib Ramadan sehingga keduanya tetap bisa berjalan dengan baik dan tertib dengan semangat toleran,” pungkasnya.

Sumber: Kemenag

Previous Post Next Post