Sebuah teks biografi dikatakan faktual jika dilihat berdasarkan....

Sebuah teks biografi dikatakan faktual jika dilihat berdasarkan fakta yang didapat dari pengalaman hidup seseorang, bukan pengalaman penulisnya.

Pembahasan:

Teks biografi adalah sebuah teks yang menceritakan kisah hidup seorang tokoh. Teks ini biasanya menceritakan tentang perjalanan hidup, prestasi, dan pemikiran orang tersebut. Biografi dapat ditulis dalam berbagai bentuk, seperti buku, artikel, atau film.

Baca juga: Mengapa argumentasi dalam artikel opini harus didukung data aktual?

Tujuan utama dari teks biografi adalah untuk:

  • Memberikan informasi: Memberikan informasi tentang kehidupan seorang tokoh kepada pembaca.
  • Memberikan inspirasi: Memberikan contoh dan teladan yang dapat menginspirasi pembaca.
  • Meningkatkan pengetahuan: Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang sejarah dan budaya.
  • Mengembangkan empati: Membantu pembaca untuk memahami dan berempati dengan orang lain.

Teks biografi memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

  • Menceritakan kisah hidup seorang tokoh: Teks biografi fokus pada perjalanan hidup seorang individu.
  • Faktual: Teks biografi berdasarkan fakta dan kejadian nyata.
  • Objektif: Teks biografi disajikan secara objektif dan tidak memihak.
  • Sistematis: Teks biografi tersusun secara sistematis dan kronologis.
  • Menggunakan kata ganti orang ketiga: Teks biografi menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menceritakan kisah tokoh.

Baca juga: Dalam teks berita terdapat kalimat pendapat dari narasumber yang ditulis dengan kalimat?

Contoh teks biografi:

Raden Adjeng Kartini atau dikenal sebagai R.A. Kartini adalah pahlawan nasional Indonesia yang terkenal dengan perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. Lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879, Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa.

Sejak kecil, Kartini menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Ia gemar membaca buku, terutama tentang sejarah dan kemajuan perempuan di negara lain.

Namun, sebagai perempuan di masa itu, Kartini tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan formal.

Meskipun demikian, Kartini tidak patah semangat. Ia belajar sendiri di rumah dengan membaca buku-buku milik ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, yang merupakan bupati Jepara.

Kartini juga rajin menulis surat kepada teman-teman dan korespondennya di Belanda, termasuk Abendanon, seorang pejabat Belanda yang mendukung perjuangannya.

Melalui surat-suratnya, Kartini mengkritik sistem patriarki yang membatasi hak-hak perempuan dan mendorong perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Ia juga menerjemahkan beberapa karya sastra dan pemikiran dari Barat ke dalam bahasa Jawa untuk memperluas wawasan perempuan Jawa.

Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih, bupati Rembang. Pernikahannya tidak menghentikan semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia bahkan mendirikan sekolah untuk perempuan di Rembang.

Previous Post Next Post