Api Revolusi Membara: Menguak Penyebab Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
10 November 1945 sebuah tanggal yang terpatri dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai momen heroik perlawanan rakyat Surabaya melawan penjajah.
Di balik gempuran pasukan Sekutu dan Belanda, terukir kisah heroisme dan semangat juang arek-arek Suroboyo yang tak kenal lelah.
Namun, pertempuran dahsyat ini bukan sekadar ledakan spontan.
Api revolusi di Surabaya telah membara sejak lama, dipicu oleh berbagai faktor kompleks yang saling terkait. Mari kita telusuri akar permasalahannya:
1. Kedatangan Pasukan Sekutu yang Memicu Kecurigaan
Pada tanggal 30 Oktober 1945, mendaratnya pasukan Sekutu di Surabaya memicu ketegangan.
Kedatangan mereka yang diiringi pengibaran bendera Belanda dan penembakan pemuda di Jembatan Merah, menimbulkan kecurigaan rakyat Indonesia.
Percikan api ini menjadi awal dari serangkaian peristiwa yang memuncak dalam Pertempuran 10 November 1945.
2. Arogansi Sekutu dan Pelanggaran Kedaulatan
Arogansi Sekutu kian memperkeruh suasana di Surabaya.
Mereka mengabaikan kedaulatan Indonesia dan memaksakan ultimatum penyerahan senjata.
Patroli keliling kota tanpa izin dan tindakan provokatif lainnya semakin memicu kemarahan rakyat.
Sikap Sekutu yang arogan dan tidak menghormati kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu faktor utama yang mendorong terjadinya Pertempuran 10 November 1945.
3. Semangat Nasionalisme yang Menggebu-gebu
Di tengah berkecamuknya ketegangan dengan Sekutu, api semangat nasionalisme rakyat Indonesia, terutama para pemuda, berkobar kian membara.
Kemerdekaan yang diraih dengan perjuangan panjang tak boleh direnggut kembali.
Tekad kuat untuk mempertahankan kemerdekaan ini menjadi landasan perlawanan yang gigih, siap menghadang segala bentuk penjajahan.
Semangat ini menjadi salah satu kekuatan utama rakyat Surabaya dalam menghadapi gempuran pasukan Sekutu.
4. Peran Tokoh Nasional yang Membakar Semangat
Para tokoh nasional, seperti Soekarno, Hatta, dan Bung Tomo, bagaikan api pembakar semangat rakyat di tengah situasi yang memanas.
Pidato Bung Tomo yang menggelegar pada tanggal 10 November 1945 menjadi titik puncak yang memicu meletusnya pertempuran.
Seruan mereka membangkitkan rasa persatuan dan keberanian rakyat untuk melawan penjajah.
Kata-kata mereka menggema di seluruh penjuru Surabaya, menyulut semangat juang arek-arek Suroboyo untuk mempertahankan kemerdekaan.
Peran krusial para tokoh nasional ini tak tergantikan dalam mengantarkan rakyat Surabaya pada perlawanan heroik melawan Sekutu.
5. Faktor Lain yang Memperkeruh Situasi
Api pertempuran di Surabaya semakin berkobar, dipicu oleh berbagai faktor yang saling terkait.
Propaganda Belanda yang penuh fitnah dan adu domba berusaha memecah belah bangsa Indonesia.
Ketidakpercayaan rakyat terhadap Sekutu kian mendalam, diiringi dengan visi mereka yang terselubung untuk kembali menguasai Indonesia demi kepentingan sendiri.
Faktor-faktor ini bagaikan kayu bakar yang memperbesar kobaran semangat rakyat Surabaya untuk melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dengan perjuangan panjang.
Pertempuran 10 November 1945 bukan sekadar pertempuran fisik, melainkan pertarungan ideologi dan semangat.
Di tengah gempuran senjata dan kekuatan yang jauh lebih besar, arek-arek Suroboyo menunjukkan bahwa kemerdekaan tidak diperoleh dengan mudah, dan harus dipertahankan dengan segenap jiwa raga.