Arsitektur dalam konteks film ‘The Architecture of Love‘ bukan hanya latar belakang profesi salah satu karakter utama, tetapi juga metafora yang kuat untuk pesan moral yang ingin disampaikan.
Arsitektur, yang secara harfiah berarti seni dan ilmu merancang bangunan, di sini digunakan sebagai simbol dari struktur kehidupan kita sendiri—bagaimana kita membangun dan merancang realitas pribadi kita.
Dalam film ini, arsitektur menjadi cerminan dari keadaan emosional karakter-karakternya.
Bangunan-bangunan yang dirancang oleh River, sang arsitek, mencerminkan keinginannya untuk menciptakan sesuatu yang abadi dan berarti, yang bertahan melawan waktu dan kesulitan.
Ini paralel dengan keinginan manusia untuk mencari keabadian melalui karya atau hubungan yang bermakna.
Pesan moral yang disampaikan melalui arsitektur adalah tentang pembangunan dan pemulihan.
Seperti arsitek yang merancang ulang sebuah bangunan setelah kerusakan, karakter-karakter dalam film ini belajar untuk ‘merancang’ ulang kehidupan mereka setelah mengalami kehilangan.
Mereka menemukan bahwa kehidupan, seperti bangunan, bisa rapuh dan perlu perawatan, tetapi juga bisa direnovasi dan diperkuat dengan fondasi yang lebih kuat.
River menggunakan arsitektur untuk membantu Raia melihat dunia dari perspektif yang berbeda, mengajarkannya bahwa setiap struktur memiliki cerita dan makna tersendiri.
Sikap tersebut mengajarkan penonton bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk mengubah perspektif mereka dan menemukan keindahan dalam kehidupan, bahkan di tengah kekacauan.
Selain itu, arsitektur dalam film ini juga melambangkan hubungan antara manusia dan ruang yang mereka huni.
Menunjukkan bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi emosi dan perilaku kita, dan bagaimana kita sebagai ‘arsitek’ kehidupan, dapat mengubah lingkungan tersebut untuk menciptakan keseimbangan dan harmoni.
Arsitektur dalam ‘The Architecture of Love’ bukan hanya tentang bangunan fisik, tetapi tentang membangun dan memelihara hubungan, menghadapi masa lalu, dan menciptakan masa depan yang kita inginkan.
Perspektif tersebut adalah pesan moral yang mendalam dan universal yang mengajarkan kita tentang kekuatan adaptasi, pemulihan, dan transformasi diri.
Film ini mengundang kita untuk menjadi arsitek kehidupan kita sendiri, merancangnya dengan cinta, keberanian, dan harapan.