Antologi Ijen Purba Satukan 200 Penyair se-Asia Tenggara dalam Pesta Sastra Banyuwangi

Penyair Ijen Purba

Penyair Ijen Purba (Dok. Sastrawacana.id)

Pendopo Sabha Swagata Banyuwangi menjadi saksi peluncuran antologi puisi bertajuk Ijen Purba: Tanah, Air, dan Batu yang meloloskan 200 penyair se-Asia Tenggara, pada Kamis (24/10/24).

Acara ini dibuka dengan suara Gending Jagakaryo yang harmonis berpadu dengan sholawat jamaah Masjid Agung Baiturahman yang melaksanakan sholat hajat setiap malam Jumat.

Acara tersebut dihadiri oleh para penyair terkemuka dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura, yang merayakan persaudaraan sastra lintas negara dalam Festival Sastra.

Festival ini juga diisi dengan seminar, pertunjukan wayang, dan Gandrung Sewu di Pantai Marina Boom.

Pembukaan acara dilakukan oleh PJ. Sekretaris Kabupaten Banyuwangi, Dr. Guntur Priambodo yang juga membacakan puisi karya Elvin Hendarta.

Guntur Priambodo yang juga seorang ahli musik dan perbankan, membawakan puisi tersebut dengan penuh penghayatan, menciptakan suasana khidmat yang mencerminkan keindahan serta keunikan alam dan budaya Banyuwangi.

Dr. Chaironi Hidayat, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi memimpin doa di hadapan para peserta yang memenuhi acara yang dihadiri oleh banyak seniman dan budayawan.

Doa ini menjadi simbol harapan untuk kebaikan, kesuksesan, dan keharmonisan dalam kehidupan yang dipenuhi nilai-nilai spiritual dan seni.

Ketua panitia penyelenggara, M. Iqbal Baraas, SH, M.Hum yang akrab disapa Mawar Merah, mengucapkan terima kasih atas dukungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terhadap kesuksesan acara ini.

Kehadiran KH. D. Zawawi Imron, penyair legendaris asal Madura yang dikenal dengan karya terkenalnya Sang Celurit Emas, semakin menambah aura kebangsawanan sastra malam itu.

Penyair asal Batang-Batang Sumenep ini, setelah membacakan puisi legendaris IBU yang diciptakan di Prejengan Rogojampi tahun 1966, beranjak ke Masjid Agung untuk mengikuti siraman rohani.

Antologi Ijen Purba merupakan persembahan yang menghormati alam Banyuwangi, memaknai kedalaman elemen tanah, air, dan batu, serta menyuarakan kekuatan alam sebagai bagian dari perjalanan manusia.

Ijen Purba

Ijen Purba (Dok. Sastrawacana.id)

Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, mengungkapkan bahwa beberapa anggotanya berhasil lolos kurasi JSAT, termasuk tujuh anggota lainnya, serta banyak penyair dari Sanggar Merah Putih'45, Sengker Kuwung Belambangan, dan Dewan Kesenian Blambangan yang juga berhasil.

Pada acara pembukaan, KH. D. Zawawi Imron membacakan puisi yang berhubungan dengan Banyuwangi, khususnya Rogojampi.

Penyerahan buku kepada madrasah diterima oleh Dr. Chaironi Hidayat, sementara untuk sekolah diterima oleh Suratno, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi.

Dari ratusan puisi yang masuk, hanya 200 yang berhasil lolos di tangan kurator Wayan Jengki Sunarta (Bali), Mutia Sukma (Yogyakarta), dan Mahwi Air Tawar (Bandung).

Selain dihadiri oleh Forkopimda Kabupaten Banyuwangi, acara ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh sastra, seperti Tengsoe Tjahyono, Riri Satria (Universitas Indonesia), dan Dr. Dewi Motik Pramono dari DPP IWAPI.

Rohani Din asal Singapura juga mengungkapkan kesan mendalam terhadap Jambore Sastra di Banyuwangi,

"Saya lebih awal datang ke Banyuwangi agar lebih lama menikmati indahnya alam," ungkap Bunda Anie, sapaan akrabnya.

Pada hari kedua Jambore Sastra, Jumat (25/10/24), para penyair akan menyebar ke beberapa sekolah dan madrasah di Kabupaten Banyuwangi untuk berbagi pengalaman di bidang sastra.

Diharapkan, para pelajar di Banyuwangi dapat menjadi sastrawan internasional. (Syaf/Aguk)

Previous Post Next Post