Ilustrasi ekonomi nasional (pixabay/ignartonosbg) |
Indonesia telah berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% per tahun.
Untuk mencapai target ekonomi nasional pada 2045, pemerintah menargetkan pendapatan per kapita sebesar 30.000 USD.
Hal ini tentu merupakan tantangan besar, terutama karena pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kuliah umum bertema “Masa Depan Perekonomian Bangsa” yang disampaikan secara daring di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM pada Jumat (11/10/2024), Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) memaparkan bahwa Indonesia butuh lebih banyak wirausahawan.
“Saat ini pendapatan kita masih mencapai 5.000 US Dollar. Ini adalah fakta yang harus kita ubah, kita butuh entrepreneur yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja lebih produktif,” ujar Teten Masduki.
Teten menyatakan bahwa target tersebut hanya dapat dicapai dengan memaksimalkan pertumbuhan UMKM, mengingat 97% lapangan kerja di Indonesia berasal dari usaha kecil informal yang produktivitasnya masih rendah.
"Tantangan ini perlu diatasi dengan memperkuat UMKM masyarakat sehingga mampu berdaya saing dan menyerap lebih banyak tenaga kerja," jelasnya.
Pemerintah, melalui Kemenkop UKM kini tengah menginisiasi berbagai upaya pemberdayaan dan pendampingan UMKM yang melibatkan perguruan tinggi nasional.
Teten menyebut bahwa sekitar 500 startup telah tumbuh melalui program Kemenkop UKM bernama Entrepreneur Hub, yang berfungsi sebagai penghubung antara pengusaha dan investor.
"Tentunya, diperlukan upaya-upaya berkelanjutan untuk memperkuat UMKM masyarakat. Guna meningkatkan daya saing UMKM, mereka harus mendapatkan akses inovasi, teknologi, dan digitalisasi," imbuhnya.
Rocky Adiguna, MBA., Ph.D., pakar manajemen bisnis dari FEB UGM, menyoroti tantangan yang dihadapi UMKM dalam meningkatkan daya saing mereka.
Menurutnya, banyak UMKM kesulitan untuk berkembang karena minimnya akses teknologi, rendahnya literasi digital, dan ketidakstabilan keuntungan.
"Kita melihat UMKM ini lebih sering survival daripada berkembang. Banyak tantangannya. Maka kita perlu membuat ekosistem, dan ketika UMKM bisa tergabung dalam ekosistem maka dia bisa punya sumber daya yang di luar dirinya sendiri," jelas Rocky.
Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM, Siti Azizah, menambahkan bahwa pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mendorong pertumbuhan UMKM, termasuk konsultasi dan pendampingan pelaku usaha, program inkubasi wirausaha, akses modal, hingga pengembangan pasar ekspor.
Menurut Azizah, pelaku usaha tidak perlu khawatir kekurangan modal untuk memulai bisnis.
Pemerintah telah menyediakan instrumen pembiayaan melalui kemitraan dengan pemodal non-bank, angel investor, dan crowdfunding.
"Setiap bulan kami ada program untuk mempertemukan UMKM dengan investor. Jumlah startup saat ini mencapai kurang lebih 2.400, dan yang sudah ada di kami sekitar 550. Kami masih mengejar sekitar 200 start-up lagi dan saat ini masih dibina," ungkapnya.
Siti Azizah menyebut bahwa Indonesia membutuhkan peningkatan proporsi UMKM dalam perekonomian nasional dari 3,7% menjadi sekitar 4%.
Ia berharap bahwa usaha-usaha yang baru muncul di masyarakat dapat berbasis teknologi dan berkelanjutan, serta mendorong pertumbuhan pelaku UMKM baru.