Bawaslu Jatim Ajak Generasi Muda Berantas Politik Uang di Pilkada 2024

Sosialisasi pengawasan partisipatif Pemilihan Kepala Daerah

Sosialisasi pengawasan partisipatif Pemilihan Kepala Daerah (Dok. Sastrawacana.id)

Sastawacana.id, Banyuwangi - Sosialisasi pengawasan partisipatif Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 digelar oleh Bawaslu Provinsi Jawa Timur di Hotel Santika Banyuwangi, Senin (26/11/2024).

Dengan tajuk “Mewujudkan Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur yang Demokratis, Berintegritas, dan Anti Politik Uang”, acara ini menghadirkan berbagai perwakilan organisasi dan komunitas, didominasi oleh generasi Z.

Turut hadir dalam kegiatan ini Ketua Bawaslu Banyuwangi, Adrianus Yansen Pale, serta Komisioner Bawaslu Banyuwangi, Khomisa Kurnia Indra.

Acara ini juga menghadirkan narasumber dari kalangan muda, yakni Ketua Umum GMNI Jawa Timur, Hendra Prayogi, serta akademisi Dr. Mahfud dari Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi. Moderator acara ini adalah Galang Romadon dari Pusat Informasi Bawaslu Banyuwangi.

Dalam sambutannya, Adrianus Yansen Pale mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap praktik politik uang yang dapat merusak integritas Pilkada.

Ia menekankan bahwa kini telah berlaku hukum pidana yang tidak hanya menjerat pelaku politik uang, tetapi juga penerimanya.

"Hukuman bagi pelaku dan penerima bisa mencapai 36 hingga 72 bulan penjara, serta denda sebesar Rp200 juta hingga Rp1 miliar," tegas Adrianus.

Peserta Sosialisasi pengawasan partisipatif Pemilihan Kepala Daerah

Peserta Sosialisasi pengawasan partisipatif Pemilihan Kepala Daerah (Dok. Sastrawacana.id)

Hendra Prayogi dalam paparannya menyerukan generasi muda untuk aktif terlibat dalam pengawasan pemilu guna menegakkan keadilan demokrasi.

"Partisipasi kita sebagai generasi muda sangat penting untuk memastikan pemilu yang bersih dan adil," ujarnya.

Sementara itu, Dr. Mahfud menyoroti budaya politik uang yang masih marak di masyarakat, terutama di kalangan dengan tingkat pendidikan rendah.

Ia menyamakan suasana Pilkada dengan "hari raya" karena banyaknya pemberian uang atau bingkisan dari kontestan.

"Mindset ini adalah penyakit demokrasi yang harus disembuhkan hingga tuntas demi masa depan bangsa," tandasnya.

Acara ini diharapkan dapat memupuk kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, untuk bersama-sama mewujudkan Pilkada yang jujur, adil, dan berintegritas.

Jurnalis: Andre Waluyo

Previous Post Next Post