peternak lebah madu banyuwangi (dok. Sastrawacana.id) |
Banyuwangi, Sastrawacana.id - Komunitas Peternak Lebah Madu Banyuwangi menggelar rapat anggota pada Selasa, 12 November 2024, di Kedai Makmoer, Banyuwangi.
Acara yang berlangsung dalam suasana santai ini dibuka oleh Sekretaris Komunitas, Qurrota A’yunin dan dipimpin oleh Ketua Komunitas, Budy Amboyna.
Ada banyak ide serta masukan dari para anggota dalam kopi darat tersebut, salah satunya adalah memutuskan untuk segera mengurus legalitas ke Kementerian Hukum dan HAM (Menkumham).
Keputusan itu diambil sebagai upaya untuk memperkuat posisi tawar para peternak lebah madu di wilayah Banyuwangi.
Dari diskusi tersebut, anggota komunitas sepakat untuk melegalkan komunitas agar dapat menghadapi tekanan para cukong madu yang cenderung membeli hasil panen dengan harga sangat rendah.
Dengan disahkannya Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), diharapkan dapat meningkatkan bargaining power (daya tawar) para peternak, sekaligus mempertahankan praktik peternakan yang sehat.
Selain itu, komunitas juga menargetkan untuk tetap memproduksi madu murni berkualitas tinggi khas dari Banyuwangi, menjaga ekosistem, serta melindungi vegetasi bunga nektar yang berguna bagi kelangsungan lebah madu.
Komunitas Peternak Lebah Madu Banyuwangi (Dok. Sastrawacana.id) |
Banyuwangi Memiliki Potensi
Banyuwangi memiliki kawasan hutan terluas di Jawa Timur dengan beragam vegetasi bunga yang menjadi sumber nektar utama bagi lebah madu.
Kondisi ini sebenarnya menjadi 'surga' bagi peternak lebah madu, tapi ada beberapa kendala yang dihadapi para peternak, salah satunya keterbatasan wawasan bisnis dan lingkungan sehingga membuat posisi mereka lemah.
Selain itu, juga ada tekanan dari para cukong untuk membeli madu dengan harga murah serta persaingan dengan madu berkualitas rendah.
Alhasil, beberapa peternak tergoda menjual madu dengan harga rendah atau mencampur madu murni dengan bahan lain sehingga dapat menurunkan citra madu Banyuwangi.
Sebagai informasi tambahan, produksi madu murni Banyuwangi terbesar saat ini berasal dari Wongsorejo, Licin, dan Kalipuro.
Kecamatan Wongsorejo dikenal sebagai penghasil madu bunga randu dengan aroma harum, madu vernonia, madu mangga, dan madu karet.
Kemudian kawasan Alas Baluran juga menghasilkan madu bunga kosambi dan bidara.
Sementara di wilayah Licin dan Kalipuro, peternak memanfaatkan vegetasi bunga kopi, mangga, dan pohon karet yang menjadi bahan baku madu.
Harapan Dukungan dari Pemerintah Daerah
Melihat potensi besar tersebut, Komunitas Peternak Lebah Madu Banyuwangi berharap Pemerintah Daerah (Pemda) setempat dapat ikut serta dalam mendukung kesejahteraan peternak lebah.
Selain itu, komunitas juga berharap agar Pemda dapat berkolaborasi dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan yang ramah bagi lebah madu.
Adapun dukungan tersebut bisa berupa pelestarian vegetasi, edukasi kepada para peternak, hingga pengembangan kawasan wisata bertema "Lebah dan Madu" yang tidak hanya mendukung peternak lebah, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan langkah legalitas yang diambil dan harapan akan dukungan Pemda, Komunitas Peternak Lebah Madu Banyuwangi optimis untuk melangkah maju, memperkuat eksistensi dan menjaga kelestarian madu berkualitas Banyuwangi untuk masa depan yang lebih baik. (AW)