Rumah Literasi Indonesia, Pusat Inspirasi dan Edukasi untuk Masyarakat Banyuwangi

rumah literasi indonesia

Rumah Literasi Indonesia (Dok. Sastrawacana.id)

Rumah Literasi Indonesia yang terletak di Ketapang, Banyuwangi adalah pusat edukasi dan literasi bagi anak-anak dan remaja.

Tidak hanya menyediakan berbagai koleksi buku bacaan, tetapi juga menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif.

Konsep yang diusung oleh sang penggagas, Tunggul Harwanto berhasil menarik perhatian berbagai pihak untuk berkolaborasi, termasuk lembaga internasional seperti UNICEF dan USAID hingga sejumlah perusahaan dalam negeri.

Sebagai informasi, Tunggul Harwanto yang merupakan sosok di balik Rumah Literasi Indonesia memiliki latar belakang pendidikan yang menarik.

Alumni SMAN 1 Jembrana, Bali ini melanjutkan pendidikannya di bidang keperawatan di STIKES Banyuwangi, lalu meraih gelar S2 di bidang Kedokteran Keluarga di sebuah perguruan tinggi negeri di Solo.

Tunggul pernah menjadi dosen di Universitas Bhakti Indonesia Banyuwangi jurusan Keperawatan, namun ia memutuskan berhenti mengajar untuk fokus mengembangkan dunia literasi.

Baginya, dunia literasi lebih dari sekadar menyediakan akses buku, tapi bentuk perjuangan untuk membuka wawasan dan masa depan generasi muda.

"Rumah Literasi Indonesia ini adalah upaya kami untuk memberikan kesempatan bagi setiap anak dan remaja di pelosok daerah agar memiliki akses terhadap buku dan ilmu pengetahuan," jelas Tunggul.

Ia berharap Rumah Literasi Indonesia dapat membantu mengatasi kesenjangan dalam akses literasi, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

Program Kegiatan di Rumah Literasi Indonesia

pengunjung rumah literasi indonesia

Pengunjung Rumah Literasi Indonesia (Dok. Sastrawacana.id)

Rumah Literasi Indonesia menjalankan beberapa program inovatif yang dirancang untuk menjangkau masyarakat luas.

Program unggulannya adalah Gerakan 1000 Rumah Baca, sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat mendirikan rumah baca berbasis komunitas di berbagai daerah.

Gerakan ini dilandasi oleh visi bahwa keluarga memainkan peran penting dalam mendidik generasi muda.

Dengan adanya 1000 rumah baca di seluruh pelosok negeri, anak-anak di daerah terpencil akan memiliki akses buku dan kegiatan literasi yang dapat membantu mengembangkan kemampuan mereka.

Selain itu, Tunggul dan timnya juga aktif melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah di daerah terpencil.

Melalui kegiatan ini, mereka mengajak siswa untuk bermimpi besar dan menunjukkan bahwa mereka memiliki potensi yang sama dengan anak-anak di kota.

Cara ini dianggap lebih proaktif dan berfokus pada "menjemput bola" sehingga para siswa merasa lebih dekat dengan dunia literasi.

Tunggul dan relawan juga mengemas kunjungan ini dengan aktivitas kreatif dan inspiratif untuk membangun cita-cita dan imajinasi anak-anak.

Kemudian, Rumah Literasi Indonesia juga menjalankan program Wisata Literasi yang unik.

Program ini menggabungkan unsur pendidikan dengan kegiatan wisata yang menarik, sehingga cocok untuk semua usia, mulai dari pelajar hingga profesional.

Para pengunjung dapat ikut serta dalam berbagai kegiatan, seperti pengumpulan sampah organik yang kemudian dapat ditukar dengan uang, hingga belajar tentang budidaya lobster dan maggot.

Pengalaman wisata ini mengajarkan nilai keberlanjutan dan memberikan kesadaran lingkungan bagi para pengunjung.

SocioPreneur dan Ekonomi Mandiri

Denah Rumah Literasi Indonesia

Denah Rumah Literasi Indonesia (Dok. Sastrwacana.id)

Untuk mendukung keberlangsungan Rumah Literasi, Tunggul menerapkan konsep socio-preneur di mana Rumah Literasi yang berfungsi sebagai ruang belajar dan juga sirkulasi ekonomi mandiri.

Konsep ini memberi kesempatan kepada para relawan muda untuk mengembangkan bisnis yang berfokus pada penyelesaian masalah sosial, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, dan lingkungan.

Program ini diharapkan tidak hanya membantu perekonomian komunitas sekitar, tetapi juga melatih para relawan muda dalam mengelola bisnis berkelanjutan dengan tujuan sosial.

Berkat konsep socio-preneur yang diterapkan, Rumah Literasi Indonesia kini menarik berbagai pihak untuk berkolaborasi.

Sejumlah lembaga, seperti UNICEF, Alibaba, Gramedia, ASDP, BUMN, dan Rotary International telah bekerja sama dengan Rumah Literasi Indonesia dalam mendukung program-program edukasi.

Dukungan dari Para Relawan dan Apresiasi Masyarakat

Setiap harinya, Rumah Literasi Indonesia dikunjungi oleh berbagai tamu, mulai dari perorangan, lembaga, hingga perusahaan yang tertarik untuk berkontribusi.

Saat ini, lebih dari 500 relawan terlibat aktif dalam mendukung kegiatan di Rumah Literasi.

Kehadiran para relawan ini menjadi bukti bahwa semangat literasi telah menyebar dan mengakar kuat di masyarakat.

Bung Aguk, seorang aktivis sosial dan pegiat literasi yang pernah mengikuti Jambore Sastra Asia Tenggara mengapresiasi Rumah Literasi Indonesia.

"Apa yang dilakukan Rumah Literasi Indonesia ini adalah contoh nyata bagaimana literasi bisa menyentuh dan memberdayakan masyarakat, bukan hanya sebagai sarana membaca, tetapi sebagai bentuk kontribusi nyata bagi masa depan generasi muda," ungkapnya.

Bagi Bung Aguk, program ini bukan sekadar inisiatif lokal, melainkan gerakan besar yang sangat berarti dalam pembangunan masyarakat.

Harapan di Masa Depan

Tunggul Harwanto

Tunggul Harwanto (Dok. Sastrawacana.id)

Tunggul berharap Rumah Literasi Indonesia bisa terus mengembangkan sayap dan menjangkau lebih banyak wilayah di Indonesia.

Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak, ia optimis Rumah Literasi bisa menjadi contoh model literasi yang berkelanjutan.

Baginya, Rumah Literasi Indonesia adalah upaya untuk memberikan setiap anak kesempatan yang sama untuk meraih ilmu pengetahuan.

"Rumah Literasi Indonesia hadir bukan hanya untuk memberikan buku, tetapi untuk menginspirasi dan membentuk generasi yang berdaya," tegas Tunggul.

Ia berharap, apa yang mereka lakukan di Rumah Literasi Indonesia bisa memicu munculnya lebih banyak gerakan literasi di berbagai daerah, terutama di pelosok negeri. (MA)

Previous Post Next Post