Dr. Chaironi Hidayat menerima anugerah inspirator sastra (Syaf) |
Sastrawacana.id - Dr. Chaironi Hidayat, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi, menerima anugerah Inspirator Sastra Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi dari Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi.
Penghargaan ini diberikan pada acara bedah buku 'Hebat Bersama Umat' yang berlangsung meriah, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusinya dalam menginspirasi dunia sastra, khususnya di lingkungan Kementerian Agama Banyuwangi.
Chaironi yang baru genap setahun menjabat sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Banyuwangi telah menunjukkan peran besar dalam membangkitkan semangat literasi di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan siswa madrasah.
Sosoknya yang lahir dari lingkungan pesantren memberikan nuansa religius dan mendalam dalam setiap karyanya.
Majalah sastra legendaris, Horison, yang sering dibacanya sejak muda menjadi salah satu sumber inspirasi.
“Horison adalah petualangan jiwa yang memperkaya pikiran dan hati saya. Dari sana, saya belajar melihat dunia dan kehidupan melalui lensa yang berbeda," ungkap Chaironi saat memberikan sambutan.
Beberapa hari setelah resmi bertugas di Banyuwangi pada akhir 2023, Chaironi menuangkan kesan perdananya dalam sebuah puisi berjudul Di Sini Tempatku.
Puisi ini mengisahkan perjalanan mutasinya dari Besuki ke Banyuwangi, melewati kemacetan lalu lintas dan tantangan baru yang menanti.
Puisi tersebut dimuat dalam antologi bersama berjudul Ketika Kau, Dia, dan Aku Menjadi Kita, yang diterbitkan untuk memperingati Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-252 pada tahun 2023.
Puisi Di Sini Tempatku tidak hanya menjadi refleksi perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin.
Melalui bait-baitnya, Chaironi menggambarkan proses adaptasi, perjuangan, dan harapan untuk terus berkontribusi bagi masyarakat Banyuwangi.
Karyanya yang lain, dua puisi berjudul Tuhan, Aku Malu dan Meng-IT-kan Hidup, menjadi sorotan utama pada acara bedah buku tersebut.
Samsudin Adlawi, Ketua Majelis Kehormatan Dewan Kesenian Belambangan, mengupas kedua puisi ini dengan penuh antusias.
Puisi Meng-IT-kan Hidup menggunakan bahasa kekinian yang relevan dengan era digital.
Melalui metafora cerdas, Chaironi mengaitkan kehidupan manusia dengan teknologi informasi, mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana teknologi seharusnya menjadi alat, bukan tujuan.
"Puisi ini memiliki nilai tersendiri karena mampu mengemas isu modern dengan bahasa yang ringan namun sarat makna," kata Samsudin. Ia juga memuji kemampuan Chaironi dalam merangkai kata yang khas dan bermakna.
Ketua Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi, Syafaat, turut mengapresiasi puisi ini.
"Ada kalimat-kalimat khas dalam Meng-IT-kan Hidup yang memaksa pembaca untuk berhenti sejenak, merenungkan hakikat hidup di tengah derasnya arus digitalisasi. Ini karya yang sangat relevan untuk generasi sekarang," ujar Syafaat.
Chaironi tidak hanya dikenal sebagai birokrat yang tegas dan berdedikasi, tetapi juga sebagai figur yang peduli pada pengembangan sastra dan literasi.
Melalui berbagai kegiatan di Kementerian Agama Banyuwangi, ia mendorong ASN dan siswa madrasah untuk mencintai literasi.
“Literasi adalah pintu menuju kebijaksanaan. Dengan membaca dan menulis, kita tidak hanya memahami dunia, tetapi juga diri kita sendiri,” ujar Chaironi dalam salah satu kesempatan.
Komitmennya tercermin dalam berbagai program yang digagasnya, termasuk pelatihan menulis untuk siswa madrasah dan ASN.
Ia juga menginisiasi pembuatan ruang baca di kantor Kementerian Agama Banyuwangi, tempat ASN bisa membaca berbagai buku sastra, agama, dan pengetahuan umum.
Penghargaan Inspirator Sastra Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi menjadi bukti nyata atas kontribusi Chaironi dalam dunia sastra di Kementerian Agama Kabupaten Banyuwangi.
Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi menganggap bahwa sosoknya adalah inspirasi bagi banyak pihak, khususnya dalam memadukan nilai-nilai agama dengan kreativitas sastra.
“Chaironi adalah contoh bagaimana seorang pemimpin mampu menggerakkan perubahan tidak hanya melalui kebijakan, tetapi juga melalui karya dan inspirasi. Ia membawa semangat baru di Banyuwangi, khususnya di lingkungan Kementerian Agama,” ujar Syafaat.
Melalui puisi nya, Chaironi Hidayat tidak hanya menjadi pemimpin birokrasi, tetapi juga inspirasi sastra yang mampu menyentuh hati banyak orang.
Dengan segala upaya yang telah ia lakukan, Banyuwangi patut berbangga memiliki sosok seperti Dr. Chaironi Hidayat.