SMAN 3 Mataram Membangun Karakter Lewat Literasi Digital dan Kreativitas Siswa

literasi visual di perpustakaan
literasi visual di perpustakaan Smanti

Dalam upaya menciptakan generasi muda yang berdaya saing di era digital, SMAN 3 Mataram (Smanti) terus berinovasi untuk memperkuat budaya literasi di kalangan siswa.

Tidak hanya dengan pembiasaan membaca, sekolah ini juga memperluas pendekatannya melalui literasi digital dan publikasi karya siswa, menjadikan literasi sebagai fondasi penting dalam penguatan karakter.

Plt Kepala SMAN 3 Mataram, Yuspita Martiningrum, menjelaskan bahwa pembiasaan membaca tetap menjadi langkah awal dalam membangun budaya literasi yang kuat.

Namun, fokusnya tidak hanya pada buku pelajaran, melainkan juga buku non-pelajaran yang lebih beragam.

”Kami berharap orang tua mendukung program untuk penguatan karakter siswa ini,” ujarnya.

Untuk memastikan keberhasilan program ini, Smanti melibatkan seluruh ekosistem sekolah, termasuk guru, pegawai, dan orang tua siswa.

Sosialisasi kepada wali siswa menjadi salah satu langkah strategis untuk menjelaskan pentingnya literasi sebagai bagian dari penguatan karakter siswa.

Inovasi terbaru Smanti adalah transformasi literasi konvensional ke arah digital.

Perpustakaan sekolah kini tidak hanya menyediakan buku fisik, tetapi juga materi literasi dalam format visual dan digital.

Langkah ini bertujuan untuk menarik minat siswa yang lebih akrab dengan teknologi.

”Ini akan memotivasi siswa datang ke perpustakaan, terutama untuk melihat sejarah dan budaya,” kata Yuspita.

Tidak berhenti di situ, Smanti juga memberikan ruang bagi siswa untuk menuangkan ide dan kreativitas mereka melalui karya tulis yang akan dipublikasikan.

Hal ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam menulis sekaligus meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Dengan beragam pendekatan ini, SMAN 3 Mataram berkomitmen menjadikan literasi sebagai pintu gerbang untuk membangun karakter siswa yang kritis, kreatif, dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Program ini juga menjadi contoh bagaimana literasi tidak hanya sebatas aktivitas membaca, tetapi juga sebuah ekosistem pembelajaran yang mampu mencetak generasi muda yang berkualitas.

Previous Post Next Post