Sosialisasi P4GN di Desa Bayu, Mengenang Perjuangan dan Pesan Terakhir Pak Wiji Misto

tari topeng

tari topeng (dok. Sastrawacana.id)

Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) digelar di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, pada Minggu (5/1/2024).

Acara ini diinisiasi oleh Komunitas Seni Topeng Madura "Laras Mustiko Jalmo" dan Padepokan Tri Suryo Mustiko, bekerja sama dengan Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo (RKBK) Banyuwangi dan Yayasan Anti Narkotika Lapor Pulih Sehat Sejahtera (LPSS) Banyuwangi.

Kegiatan ini juga melibatkan tiga pilar Desa Bayu, Kanit Binmas Polsek Songgon, serta warga desa setempat.

Sosialisasi dihadiri oleh puluhan warga, anggota sanggar, petani kopi, peternak kambing, tokoh agama, aparat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan komunitas seni budaya.

Semua pihak hadir untuk bersama-sama mewujudkan Banyuwangi Bersinar (Bersih dari Narkoba).

Acara dimulai dengan sambutan Ketua Sanggar Moh. Soleh yang diwakili oleh Ketua Panitia, Misto alias Pak Wiji.

Pak Wiji adalah sosok yang dikenal karena memiliki putri bernama Wiji yang kini mondok di Sragi.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Kanit Binmas Polsek Songgon, Aiptu Anton, dan Kepala Desa Bayu, Yulia Herlina, ST.

Sosialisasi P4GN di Desa Bayu

Sosialisasi P4GN di Desa Bayu (Dok. Sastrawacana.id)

Dalam rangkaian acara tersebut, Hakim Said, SH, Ketua Yayasan Anti Narkotika LPSS sekaligus Founder RKBK Banyuwangi, memberikan edukasi hukum terkait penyalahgunaan narkoba.

Materi tentang bahaya narkoba serta solusi rehabilitasi disampaikan oleh Ns. Rudi Purwantoro, S.Kep.

Acara semakin meriah dengan hiburan seni budaya, termasuk tari topeng khas suku Madura yang memukau penonton.

Pramoe Soekarno Shakti, seorang seniman dan budayawan Banyuwangi, turut menyuarakan perlawanan terhadap narkoba melalui pembacaan puisi bertema Narkoba.

Doa penutup dibacakan oleh KH. Moh. Ikrom Hasan, Ketua Paguyuban Joko Thole yang merupakan wadah Suku Madura di Banyuwangi.

KH. Moh. Ikrom Hasan juga dikenal sebagai tokoh politik, mantan Ketua PPP, dan anggota DPRD Banyuwangi selama tiga periode.

Ketua Panitia yang diwakili Misto alias Pak Wiji menyampaikan bahwa acara ini adalah bukti nyata semangat masyarakat Desa Bayu dalam memerangi narkoba.

"Kami berharap sinergi seperti ini terus berlanjut agar generasi muda terhindar dari bahaya narkoba, dan bisa menjadi keteladanan bagi semua pihak. Saya titip seni topeng dari leluhur kami di Sumenep untuk dilestarikan dan mendapat perhatian dari desa maupun pemerintah daerah," ucapnya penuh haru sambil memegangi ulu hati.

Tak lama setelah menyampaikan pesan tersebut, Pak Wiji mengeluh sakit perut. Panitia segera memanggil dokter, dan setelah acara selesai, beliau dibawa ke Puskesmas Songgon.

Sebelum itu, Pak Wiji sempat menitipkan udeng Banyuwangi yang bertahun-tahun ia kenakan kepada Moh. Soleh sambil berkata, "Kita yang udik di Banyuwangi harus mau gandrung dan kacong jebing jadi jebeng thulik!"

Namun, nasib berkata lain. Pak Wiji mengembuskan napas terakhirnya di IGD Puskesmas Songgon. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi semua pihak.

pementasan tari topeng

pementasan tari topeng (dok. Sastrawacana.id)

Moh. Soleh, dalam takziah yang dihadiri oleh Bung Aguk, menyampaikan, "Kami merasa kehilangan. Tolong jaringan sinergi yang dibangun almarhum terus dijaga dan dilanjutkan."

Sementara itu, Kepala Desa Bayu, Yulia Herlina, ST, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini, terutama Komunitas Seni Topeng Madura "Laras Mustiko" dan Padepokan Tri Suryo Mustiko sebagai penggagas sosialisasi P4GN.

"Komitmen Desa Bayu untuk mendukung program Banyuwangi Bersinar adalah nyata. Kami siap menjadi desa yang menjadi contoh dalam upaya memberantas narkoba," tegas Yulia, kepala desa berdarah Madura ini.

Penulis: Aguk/Hakim Said

Previous Post Next Post