Pendidikan

Sekolah Tinggi-Tinggi Kok Masih Nganggur?

pexels ekrulila 2292837

Pernah nggak sih kamu dengar ucapan seperti itu? Atau kamu sendiri pernah ngalamin? Gimana rasanya? Sakit hati, emosi, atau b aja?

Ya emang bener, itu hak mereka untuk bicara apa saja. Toh, kita juga bisa berucap hal yang sama. Tapi, itulah beda kita dengan mereka. Kita tidak menggunakan kemampuan verbal untuk mengutarakan sesuatu yg sekiranya menyinggung orang lain.

Eh, tapi kalau dipikir-pikir, apapun yang terucap, tentu berasal dari otak. Bukan begitu? Berarti ucapan kita, mencerminkan isi otak kita.

Yang bahaya adalah ketika kita melawan ucapan tersebut dengan kalimat yang merendahkan juga. Kalau sampai terjadi, lantas apa bedanya kita dengan mereka?

Jangan-jangan isi otak kepala kita sama juga, hanya dibedakan oleh surat legalitas bernama “IJAZAH” saja. Jangan sampai. Tapi bisa terjadi juga, sih.

Lalu, kenapa tulisan ini ada?

Karena saya pun korbannya 🙂

Bahkan sampai sekarang, mereka masih sempat ada yang bilang demikian, saya dapat laporan dari cepu. Entah si cepu ini benar atau mengada-ada, saya gak begitu peduli. Saya belikan bakso, hitung-hitung mengganti energinya yg sudah lelah memberi informasi.

Mungkin karena hidup saya lebih banyak di rumah pakai sarung, daripada berseragam necis yang setiap pagi keluar rumah, pulangnya sore–menjelang malam.


Di era digital ini, masa sih masih ada orang yang nggak ngerti kalau kita bisa cari cuan cuma bermodalkan kuota? Saya rasa mayoritas udah pada paham. Cuma kalau udah nggak suka, mau gimanapun kita tetap salah di mata mereka.

Alangkah bijaknya untuk tidak pernah menjawab, apalagi membalas. Dijelaskan juga tak perlu karena mereka tidak mau tahu. Ketika pikiran sudah dipenuhi rasa iri, tidak suka, atau bahkan benci, maka cerita tentang kebaikanmu hanyalah menjadi dongeng belaka bagi mereka.

Sadar diri, apalah kita? Nabi Muhammad yang jelas-jelas sangat amat baik dan terpuji pun pernah mendapat sindiran serta cacian. Lalu kita yang nggak baik-baik amat masak minta terbebas dari omongan orang?

Tapi balik lagi, hati kita tidak semulia Nabi, yang sabar dan penuh kasih sayang. Wajar jika kita sedikit merasa “kok gitu sih”. Ya, itu wajar, maka jadikan sebagai kewajaran.

Artinya, terus melangkah, jangan lelah hanya karena omongan orang. Balasan terbaik kepada orang yang menggunjing adalah cuek. Biarkan dia fokus ke kita, sedangkan kita fokus pada cita-cita 🙂

Maulana Affandi, 8/6/2022

#maulanaaffandi #sastrawacana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Juga
Close
x
Close

Adblock Detected

Please turn off Ad Blocker